(Berita Daerah-National), Perkembangan ekonomi di Pulau Buru sejauh ini sangat bergantung kepada industri kecil minyak kayu putih. Padahal di sana terdapat banyak lahan menganggur yang bisa diberdayakan untuk membuka peternakan sapi untuk memenuhi kebutuhan daging di Indonesia timur.
\”Di sana setiap orang rata-rata punya lahan 3 hektar dan 10 ekor sapi, tapi itu semua nganggur. Makanya perlu diberdayakan,\” kata Direktur Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia Indonesia (AKSI), Wahyu Indrio, di Rumah Perubahan, Jl. Raya Hankam, Bekasi, Sabtu (21/1/2012).
Sebagai bagian dari pemberdayaan lahan tidur tersebut, AKSI menyerahan bantuan kepada warga Pulau Buru berupa seribu unit cangkul dan benih rumput gajah Taiwan. Cangkul tersebut diharapkan warga gunakan untuk mengolah lahan dan menanam rumput gajah sebagai pakan sapi-sapi Bali yang selama ini dibiarkan berkeliaran.
\”Targetnya rumput gajah itu buat pakan sapi, penggemukan. Nanti sapinya dipasarkan ke daerah-daerah sekitarnya dan Indonesia timur,\” jelas Wahyu.
Turut disampaikan pula seribu ekslempar buku berjudul \’Awalnya Kita dari Akar\’. Buku itu berisi cara berkebun. \”Buku ini simbol pemberdayaan,\” jelas Wahyu.
Berdasar riset AKSI ke Pulau Buru, didapati juga bahwa industri kecil minyak kayu putih masih dikuasai oleh segelintir juragan pemilik mesih penyulingan. Warga pemilik kebun kayu putih kebanyakan tidak mampu membeli mesin penyuling karena keterbasan modal.
\”Rumah Perubahan telah menyampaikan dua unit mesin penyuling untuk dikelola warga. Hasil dari penyulingan itu diharapkan bisa disisihkan untuk membeli mesin baru,\” sambung Wahyu.
Agar bantuan tersebut lebih berdayaguna, tim dari Rumah Perubahan akan berikan pendampingan untuk pendirian koperasi warga. \”Program ini akan kita mulai Februari nanti,\” jelas Agus.
(es/ES/bd-dtc)
http://beritadaerah.com/berita/maluku/53898#.Txu_FzlwiMQ.twitter