Buru: Pulau Buangan, Pulau Harapan – Gatra 26 Januari 2012

Bagi kebanyakan orang, Pulau Buru dikenal dengan Pulau Buangan untuk para tahanan politik tahun 1970-an. Dengan citra tersebut, membuat Pulau Buru terisolasi dan terbelakang. Padahal di sana tersimpan kekayaan biota yang luar biasa, termasuk kelelawar Seram yang mulai punah dan ribuan sapi Bali yang hidup liar dan digembalakan di padang terbuka. Berbagai jenis pohon tumbuh subur di hutan Pulau Buru, termasuk kayu putih dan cokelat yang tumbuh liar secara alami.

Melihat potensi alam Pulau Buru dan ditambah semangat meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Kubalahin, Buru, Provinsi Maluku, Rumah Perubahan bersama Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) mencanangkan program \”1000 Cangkul dan Buku untuk Pulau Buru\”. Program tersebut diluncurkan di Rumah Perubahan, Bekasi, Sabtu (21/1), akhir pekan lalu. Dengan program tersebut, Rumah Perubahan mengajak semua pihak bergotong royong untuk membangun keswadayaan masyarakat Pulau Buru.

\”Sekarang ini masyarakat menyaksikan banyak hal yang dijalankan pemerintah tidak sampai ke bawah. Banyak kegiatan berhenti pada tataran wacana. Anggaran banyak dihabiskan para birokrat untuk jalan-jalan. Bantuan yang diberikan seringkali tidak dibutuhkan masyarakat. Oleh karenanya, kita mendorong orang-orang untuk melakukan social enterprise ini,\” ujar Rhenald Kasali.

Dengan sosial enterprise, AKSI dan Rumah Perubahan menggalang dukungan dari para tokoh adat, kepala adat dan kepala desa untuk meningkatkan taraf hidup masyakat dengan mengolah sumber daya alam yang tersedia di Pulau Buru. Di sana, masyarakat menyerahkan tanah ulayat seluas 4 ha, berkubik-kubik kayu untuk bahan bangunan, serta tenaga kerja untuk membangun integrated farming. Konsep ini meliputi budidaya sapi Bali dan memanfaatkan kotorannya menjadi biogas untuk pengolahan minyak kayu putih. Dengan demikian, baik sapi maupun minyak kayu putih dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Pulau Buru.

\”Rumah perubahan datang dengan memberikan sesuatu yang memang tidak hanya ngomong tetapi berbuat bersama kami. Dari situlah, kami baru tahu ini tidak main-main. Ini berasal dari hati yang paling tulus. Mereka merasakan apa yang kami rasakan,\” ujar Anthonius Besan, Putra Kepala Persekutuan Hukum Adat Dataran Waeapo Hinolong Baman.

\”Kami ingin maju dalam segala bidang terlebih di bidang pendidikan. Jika pendidikan kami maju, kami bisa berbuat buat banyak dan menjadikan Pulau Buru sebagai pulau harapan.\” tambah Anthonius sambil tersenyum. [BD]

http://www.gatra.com/nusantara/jawa/7717-buru-pulau-buangan-pulau-harapan

Sebarkan!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *