Tak seperti biasanya, pada tahun 2009, BBC Two menurunkan seorang pengusaha yang “sudah jadi” dalam tayangan Dragon’s Den, yang biasanya diisi pengusaha pendatang-pendatang baru.
Dia adalah penemu (inventor) yang sangat dikagumi dunia. Biasa muncul dengan sweter hitam lengan panjang, yang ditarik setengah lengan ke atas dan bercelana jeans. Begitu muncul, pembawa acara memulai dengan kalimat menyentak: “Mencari uang memang tak mudah.”Lalu muncullah Steve Jobs.Ia memperkenalkan produk yang katanya akan melejit pada 2010.“Introducing a truly magical & revolutionary product. We call it the iPad,” ujarnya penuh percaya diri.
Banyak pertanyaan muncul di kepala saya.“Bukankah Dragon’s Den ditujukan pada inventor pemula yang butuh uang kecil? Mengapa produsen BBC Two menurunkan Jobs? Sekadar membuat tinggi rating? Atau apa?” Tidak ada jawaban yang jelas. Tetapi seperti yang saya duga, “jualan” Jobs mereka patahkan.
Semua angel investor (calon pemodal) menolak membiayai produk baru Jobs. Tak seorang pun di antara mereka mau mendanai produk yang kemudian mampu mengubah wajah dunia, sekaligus menaikkan value para pemegang saham Apple. Kalau Jobs orang Asia, dia pasti sudah kehilangan muka.
Yang menarik perhatian saya, para angel investor itu mengatakan demikian: “Fantastic.There is no problem with the product… the only problem, you are very difficult person to work with….”.
Mereka mempersoalkan pribadi Jobs yang dikenal industri sebagai orang yang sulit untuk diajak bekerja sama. Dari mana mereka mendapatkan kesan itu? Apakah orang-orang hebat, penemu, dan navigator masa depan selalu pribadi yang sulit?
Pirates of Silicon Valley
Selain ramai dibicarakan pasar karena inovasinya, persepsi publik terhadap Steve Jobs ternyata juga dibentuk oleh film Pirates of Silicon Valley, yang diangkat dari buku Fire in the Valley: The Making of the Personal Computer (Paul Freiberger & Michael Swaine).Seperti Mark Zuckerberg (founder Facebook) yang dikiaskan begitu buruk perangainya dalam film The Social Network,Jobs diceritakan dalam film itu sebagai pribadi yang sulit.
Benar dia seorang revolusioner. Pada 1975,dia menyatakan kepada partnernya, Steve Wozniak, bahwa mereka berdualah The True Revolutionaries,bukan mahasiswa yang pada 1970-an gelisah menaikkan revolusi. Jobs dan Wozniak merevolusi dunia melalui komputer Macintosh dan berhadapan dengan sosok yang tampil lebih soft,Bill Gates yang membangun industri software dan membangun platform lewat IBM-PC.
Keduanya bersaing ketat. Namun, ada dua masalah yang membentuk persepsi tentang karakter Jobs. Pertama adalah kisah affair-nya dengan kekasihnya yang ditinggalkan begitu saja sampai memiliki anak biologis di luar pernikahan. Kejadian personal yang dilakukan Jobs pada 1975 itu digambarkan dalam film Pirates of Silicon Valley sebagai pribadi yang sulit.
Dan kedua, adalah pemecatan terhadap dirinya yang dilakukan CEO John Sculley dari Apple Computer pada 1985. Sejak itulah, label sebagai pribadi yang sulit terbentuk luas dan Jobs hidup di luar perusahaan yang ia dirikan sendiri. Pemarah,mudah mencampakkan orang, tak bisa diajak kerja sama adalah gambaran yang ditampilkan film tentang Jobs.
Namun bila Anda menyaksikan film ini, dan juga menonton film The Social Network, maka Anda mungkin bisa lebih berempati pada inovator-inovator muda yang sedang kelebihan hormon dan sangat ambisius untuk mengubah wajah dunia melalui jalur kewirausahaan.
Mereka adalah manusia yang sama seperti kita, ingin sukses tetapi bertarung dengan waktu, menciptakan masa depan dengan merangkai rantai-rantai nilai baru yang belum dikenal sebelumnya. Wajar saja bila mereka bertabrakan menghadapi kepentingan- kepentingan bisnis dan nilai-nilai, perilaku yang disorot publik,dan terkaman-terkaman pemburu kesempatan.
Tetapi waktu berjalan,mereka pun menemukan kematangankematangan baru dengan “hormon” yang mudah terkendali. Setelah tergelincir keluar dari Apple, Jobs mendirikan NeXT yang memfokuskan bisnisnya pada pendidikan tinggi. Namun pada 1996, Jobs berhasil kembali ke perusahaan yang dia dirikan dan menjadi CEO.
Sejak itulah, dunia menunggu Apple melompat ke kurva kedua, yang kelak dia buktikan melalui iPod,iPhone, dan iPad yang kembali mengubah wajah dunia.Nama besar Jobs kembali melambung ke udara sampai dia mengumumkan resign dan mengalami gangguan kesehatan serius.
DNA Perubahan
Bagi saya, kepergian Steve Jobs bukanlah sekadar kepergian seorang usahawan biasa. Jobs adalah orang yang pantas dikagumi orang-orang muda melalui karya-karyanya yang telah merevolusi dunia. Dia membentuk dunia baru tanpa kenal lelah dan menginspirasi lahirnya industri-industri baru.
Di berbagai media sosial, beredar kalimat-kalimat indah yang dikutip orang-orang muda. Salah satunya: “the only way to do great work is to love what you do…”.Namun bagi saya,kalimat yang paling mengesankan justru adalah kalimat yang dia ucapkan saat ia berefleksi di masa-masa sulit.
Saat dipecat dari Apple,dia mengatakan itulah keputusan terbaik yang terjadi pada dirinya. Dia mengatakan: “The heaviness of being successful was replaced by the lightness of being a beginner again, less sure about everything. It freed me to enter one of the most creative periods of my life”.
Selamat beristirahat Steve Jobs, kita beruntung hidup dalam era yang penuh perubahan, dan menyaksikan karya besar teknologi yang menandai hidup baru yang lebih terbebaskan dari batasan-batasan revolusi industri. Kata orang bijak,“ Sukses bukanlah seberapa tinggi gunung yang bisa Anda taklukkan, melainkan bila Anda jatuh, seberapa cepat Anda bisa naik kembali.
Rhenald Kasali
Guru Besar Universitas Indonesia
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/433908/34/