Lingkaran Setan Wacana – Jawapos 15 Agustus 2011

Di sebuah pulau terpencil,  pada tengah malam beberapa hari lalu saya menghentikan sebuah obrolan wacana.  Tiga hari berkeliling pulau, dengan obrolan panjang lebar, bertemu banyak orang, bagi saya sudah cukup untuk mengambil keputusan. Dengan bantuan internet dan media jejaring sosial kita pun punya kesempatan yang begitu luas untuk melakukan observasi, mendapatkan informasi.  Maka bagi saya, dengan pengalaman panjang turun ke lapangan, dua atau tiga hari berada di lapangan cukup untuk membuat rencana tindakan.

Namun apa yang terjadi? Pengalaman saya mengatakan, bangsa ini sangat senang berwacana.  Saat keputusan akan diambil, sedikit sekali orang yang siap untuk bertindak. Membawa data, menetapkan arah, memindahkan isi pikiran ke atas selembar kertas, dan membuat diagram besar yang menuangkan mimpi ke dalam bagan organisasi sulit sekali dilakukan.    Dimana-mana di negeri ini saya hanya menemukan lebih banyak aktivis, penggerak sosial, mahasiswa, ilmuwan, dan birokrat yang berwacana ketimbang yang bertindak dalam suatu wadah kesatuan.

Berwacana menghanyutkan karena begitu indah, berputar-putar tanpa resiko, bisa melibatkan siapa saja yang malas bertindak, bahkan melibatkan banyak orang yang takut menghadapi realita.  Berwacana adalah berputar-putar, membawa akhir sebagai awal seperti kata Colombus, kita akan berhenti pada titik dimana kita memulainya.  Bagi saya hal ini sungguh menyakitkan, membuat kita bodoh dan hidup dalam kemiskinan, gelap.

Bluetooth Wacana
Setiap kali saya menghadiri acara wedangan, begadangan, dialog, obrolan, diskusi atau apa saja namanya, sayapun larut dalam suasana yang menyenangkan.  Semakin malam, semakin banyak orang yang ikut datang dan berbicara.  Malam semakin larut dan saya pun memutuskan untuk berhenti, namun saya juga menyesali untuk meninggalkan tempat karena wacana itu begitu indah. Penuh tawa dan mimpi indah.  Namun, begitu Anda melayaninya, Anda pun akan tenggelam dalam wacana. Dari hari ke hari yang dibicarakan tetap sama, tak ada kemajuan, selain kemajuan wacana.

Kemajuan wacana ditandai dengan informasi-informasi baru, orang baru, kegamangan-kegamangan baru, keceriaan mentertawakan orang lain, menyalahkan pihak lain, serta bagaimana cara mengerjai orang-orang yang melakukan tindakan.  Semua dilakukan dengan harapan-harapan baru, namun sekali lagi, tak seorangpun yang berani mengambil gunting memutus mata rantai impian yang tidak mengerucut.

Wacana adalah gelombang magnet yang berputar melingkar tiada henti di atasbrain memory.  Ia berputar dari atas user-user, melebar dalam lingkaran-lingkaran kecil yang berkembang, meluas dan mengundang pikiran-pikiran manusia di sekitarnya yang siap menerima.  Wacana berkembang dengan bantuan memory bluetooth, persis seperti yang ada di ponsel Anda.  Sekali Anda buka menu connectivity dan menyalakan bluetooth, maka Anda siap menerima  informasi.  Gelombang berputar sampai Anda mematikannya.

Orang-orang yang mendapatkan informasi, gambar, cerita, video atau apa saja dari lingkaran di sekitarnya sudah merasa beruntung, menjadi lebih kaya informasi.  Mereka senang karena memiliki informasi yang dapat dibagikan kepada orang-orang lain, merasa berada dalaminner circle dan tahu lebih dahulu dari rata-rata orang lain.  Informasi-informasi itu membentuk wacana-wacana baru di dalam keluarga atau komunitas terdekatnya.  Namun bagi orang yang ingin bertindak, gelombang itu harus diputus karena hanya menghasilkan manusia wacana yang enggan bertindak.

Bluetooth yang tidak dipakai harus dimatikan, pada posisi off, dan semua orang harus diajak masuk pada konsensus tindakan.  Selama tidak dimatikan, manusia tenggelam dalam mimpi, omong kosong, menghindari resiko.  Tanpa disadari, manusia wacana beresiko tenggelam dalam gosip, kedengkian, dan fitnah.  Muaranya jelas:  kekalahan dan omdo (omong doang).

Ambil Kertas atau Flipchart
Bagi saya, pemimpin sebuah gerakan adalah pemimpin yang tidak membiarkan pengikut-pengikutnya tenggelam dalam wacana.  Ia harus menarik gelombang bluetooth yang berputar-putar ibarat lingkaran setan itu ke dalam sebuah segitiga tindakan yang mengerucut.  Menghentikan  hidup dalam impian kosong menjadi tindakan yang berujung. Tentu saja mengajak  keluar dari wacana membutuhkan keluwesan.  Anda tentu tak ingin ditinggalkan orang-orang yang Anda cintai.  Anda ingin agar mereka bertindak, bukan meninggalkan impian itu ke dalam karung sampah.

Maka kepemimpinan memiliki peran penting.  Kepemimpinan adalah kekuatan pengaruh, menarik gelombang-gelombang itu ke dalam sebuah tindakan riil.  Ambillah kertas atau bawalah flipchart besar yang dapat dilihat orang-orang yang tengah bermimpi, bagi mereka ke dalam tugas-tugas spesifik, dan mulailah dari tindakan-tindakan kecil yang bisa segera menimbulkan hasil.  Batasi dalam bingkai waktu dan biaya.  Bagi orang ke dalam kelompok-kelompok dan tetapkan target bersama.

Hanya dengan cara demikian Anda akan memindahkan gelombang bluetooth wacana ke dalam gelombang tindakan yang riil.  Anda harus berani membawa mereka ke dalam pengambilan resiko yang riil.  Orang-orang yang berwacana cenderung menghindari resiko dan hanya hidup dalam indahnya perkataan, bukan tindakan.  Namun sekali mereka terlibat dalam tindakan, mereka akan menjadi riil entrepreneur, risk taker,  dan dream maker.

Di zaman serba cepat, di era serba terbuka, dan di dunia yang kaya pengetahuan ini, tugas pemimpin adalah memutus gelombang wacana agar negeri ini menjadi \”lebih hidup\”, bebas dari dengki dan dendam.  Saya perlu mengingatkan, ilmuwan pintar sekalipun banyak sekali yang terlibat dalam gosip dan kebiasaan buruk berwacana tiada ujung.  Mereka mengatakan pikirannya ilmiah dan data yang diambilnya valid, namun sesungguhnya mereka banyak mengambil gosip  yang didapat dari wacana ke wacana.  Mereka memiliki grlombang bluetooth yang sama yang dimiliki  orang kebanyakan.

Ilmuwan sejati bukanlah ilmuwan berwacana, melainkan. Karyanya bukan hanya kertas, melainkan museum hidup atau patent.  Demikian pulalah aktivis dan pekerja sosial sejati.  Hidupnya bukan dari wacana ke wacana, melainkan walk the talk. Sekecil apapun, sebuah karya riil jauh lebih bermartabat daripada obrolan di media massa yang terlihat hebat namun tiada berujung.  Matikanlah gelombang bluetooth Anda sekarang juga, tak usah menunggu setelah hari  raya tiba untuk melakukan tindakan nyata.

Rhenald Kasali
Guru Besar Universitas Indonesia

Sebarkan!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *