Kisah Bejo dan Bisnis Multifinance – Media Indonesia, 5 Februari 2014

APA YANG ADA DI BENAK ANDA ketika berbicara tentang bisnis multifinance atau jasa pembiayaan? Perusahaan yang membantu kita semua, sehingga bisa memililki sepeda motor dan mobil. Setiap tahun masyarakat kita membeli hampir 8 juta unit sepeda motor dan sekitar 1,2 juta unit mobil.

Saya mengajak Anda berkenalan dengan Bejo, seorang pengusaha roti. Bejo memulai bisnisnya pada akhir Desember 2005. Mulanya, ia mengantar pesanan roti hanya dengan bersepeda. Namun, karena pesanan terus meningkat, Bejo merasa kewalahan kalau ia terus melayani pelanggannya hanya dengan bersepeda. Selain itu, luas pasar yang bisa dijangkau juga akan sangat terbatas. Bejo kemudian memberanikan diri untuk mengajukan permohonan kredit sepeda motor ke perusahaan multifinance. Gayung bersambut, permohonan Bejo disetujui. Sejak itu Bejo mulai mengantarkan pesanan roti dengan sepeda motor.

Berkat sepeda motor itu, bisnis Bejo kian berkembang. Ia mampu melayani pesanan dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih cepat ketimbang semasa masih memakai sepeda. Alhasil, jumlah pelanggannya pun terus bertambah.

Untuk mengimbangi pertumbuhan bisnisnya, Bejo pun merasa perlu memiliki sepeda motor berikutnya. Ia pun kembali mengajukan permohonan kredit. Lagi, kreditnya disetujui.

Begitu seterusnya. Dan, Anda tahu berapa besar bisnis roti yang Bejo kelola sekarang? Ia mungkin sungkan menyebutkan berapa omzetnya. Namun, sebagai gambaran, kini Bejo memiliki 50 sepeda motor. Mudah-mudahan dari situ Anda bisa membayangkan berapa besar skala usahanya. Dan, saya percaya—juga berharap—jumlah sepeda motor Bejo akan terus bertambah.Bahkan saya berdoa semoga ia bukan hanya terus menambah jumlah sepeda motornya, tetapi juga melengkapinya dengan mobil.

BERKEMBANGNYA BISNIS BEJO tidak lepas dari kerja kerasnya. Di sekitar kita, saya kira, kita bisa dengan mudah menemukan “bejo-bejo” yang lain. Misalnya, penjaja sayuran yang dulu menawarkan dagangannya dengan gerobak, seiring dengan perkembangan usahanya, lalu mengganti gerobaknya dengan mobil. Begitu pula dengan pedagang siomai yang dulu selalu menjajakan dagangan dengan sepeda, kini mereka memakai sepeda motor.

Para penjual jamu gendong dulu berkeliling dengan berjalan kaki. Ketika jumlah tabungan sudah cukup, mereka lalu membeli sepeda dan menggunakannya untuk menjajakan jamunya.

Berkembangnya bisnis-bisnis tadi—oya termasuk jasa ojek—tentu ikut memberikan kontribusi bagi peningkatan kinerja industri multifinance di Indonesia, tidak terkecuali PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance). Hingga September 2013, pembiayaan baru Adira Finance mencapai Rp24,8 triliun, atau tumbuh 2% ketimbang tahun sebelumnya. Saya membahas soal ini dalam Dialog Perbankan & Ekonomi di Metro TV, Selasa, (4/2), bersama Gunadi Sindhuwinata, President Federation of Asia Motorcycle Industries, Willy Suwandi Dharma, Presiden Direktur PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, dan Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan bidang Industri Keuangan Non Bank, Dumoly Freddy Pardede.

KEMUDAHAN PEMBIAYAAN yang dinikmati Bejo dan kawan-kawan tadi tak lepas dari pengalaman krisis 1998. Sebelum krisis, banyak masyarakat yang membeli mobil dengan cara tunai. Pascakrisis yang melemahkan daya beli masyarakat, perusahaan multifinance mengubah skema pembiayaan dengan sistem kredit.

Kini sebanyak 70%-80% penjualan sepeda motor atau mobil dilakukan dengan cara mencicil. Inilah yang membuat Bejo, pedagang siomai, penjaja jamu dan pegawai kantoran mampu membeli sepeda motor atau mobil. Bisnis Bejo dan kawan-kawan pun menjadi terus berkembang. Jadi, betul-betul win-win. Belum lagi terhitung banyaknya tenaga kerja yang terserap seiring berkembangnya bisnis mereka.

Rhenald Kasali
Founder Rumah Perubahan

Sebarkan!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *