Kutukan Emas – Sindo 19 Juli 2012

Tak lama setelah seseorang menemukan beberapa gram emas di Gunung Botak, Pulau Buru, akhir tahun lalu,tim yang saya pimpin di Desa Metar menyimpulkan, masyarakat adat pulau terpencil ini segera memasuki era “kutukan”.

Kata-kata yang diucapkan dalam obrolan ringan perlahan-lahan menjadi kenyataan, saat ribuan orang datang dan ingin mengadu nasib di Pulau Buru.Apalagi beberapa hari ini suasana begitu mencekam menyusul keributan antara dua suku yang selama bertahun-tahun hidup damai. Sejakemasditemukan,kapal penumpang yang datang ke pulau ini selalu penuh sesak oleh mereka yang datang dari Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan terakhir dari Tasikmalaya. Mereka orang yang sudah biasa membuat lubang,masuk ke dalam, dan mengikuti “urat”emas.

Murah sekali,hanya membayar beberapa ratus ribu rupiah mereka sudah bisa masuk. Di pelabuhan feri di Kota Namlea,ratusan tenda liar tibatiba berdiri, dan di tepi jalan menuju Gunung Botak mudah ditemui orang-orang baru. Mereka menyewa rumah,membeli sepedamotordenganuangtunai, dan menghabiskan stok makanan. Harga sepeda motor naik hingga 50%, tetapi tetap habis terjual. Harga bahan-bahan pangan melonjak dari waktu ke waktu, dan seperti yang pernah saya sampaikan beberapa bulan lalu, saya membeli beras 50 kilogram seharga Rp800.000.

Itu pun sulit didapat.Padahal tahukah Anda, Pulau Buru adalah lumbung padi Maluku. Mengapa beras tiba-tiba habis dan harganya melonjak? Rupanya petani kehilangan gairah mengurus sawah.Padi yang mulai menguning dibiarkan hingga layu, dan anak-anak muda pergi ke Gunung Batok. Buruh tani tidak ada yang mau bekerja dengan upah sama.Mereka mendapat tawaran bayaran lebih mahal di tambang emas.


Teori Kutukan SDA 

Beberapa bulan lalu Michael L Ross, guru besar ilmu politik Universitas California – Los Angeles,baru saja menerbitkan buku berjudul Kutukan Minyak (The Oil Curse).Dalam buku itu ia mengacu pada Teori Kutukan SDA (Resource Curse Theory) yang pernah dibahas ekonom Jeffrey Sachs dan Andrew Warner. Dengan menggunakan data pada negara-negara penghasil minyak,ia menemukan teori ini valid.

Ross menemukan, negaranegara kaya minyak ternyata tidak demokratis, tidak stabil perekonomiannya, dan lebih sering mengalami konflik horizontal, bahkan mengalami perang saudara tiada akhir. Teori ini sejalan dengan teori Kutukan SDA yang menemukan, negara-negara yang kaya sumber daya alam justru mengalami tingkat kemiskinan tinggi, pertumbuhan ekonomi lambat, korupsi, dan konflik-konflik kekerasan sesama warga.

Buku Ross tentu menimbulkan pro-kontra karena belakangan ini banyak negara penghasilminyakataupenguasa SDA ternyata bisa tumbuh dengan baik. Seorang kritikus misalnya mempertanyakan,apakah benar Arab Saudi lebih buruk dari Yaman, Iran lebih buruk dari Afghanistanyangtakpunya banyak cadangan minyak, atau Venezuela lebih buruk dari Kuba? Orang-orang yang kritis menantang argumentasi Ross dengan mencari perbandingan lain. Kebetulan ada ahli lain yang punya cara pandang lain. Sebut saja BN Brunschweiter dari Swiss Federal Institute of Technology dan E H Bulte dari Oxford Center.

Keduanya menunjukkan, ketika terjadi perang saudara melanda negara kaya SDA, dan para pengusaha (termasuk investor asing) lari ke luar negeri, satu-satunya industri yang memacu pertumbuhan ekonomi hanyalah SDA. “Kutukan itu lenyap bersamaan dengan perginya investor asing,” argumentasi keduanya. Akhir Mei lalu Ross menjawab kritik-kritik itu dengan mengatakan,di atas permukaan minyak memang menyejahterakan suatu bangsa, tetapi secara politis di bawahnya ada banyak masalah.

Negara-negara yang dikuasai pemerintahan otoriter itu stabil karena dikendalikan secara ketat oleh para “bandar” tertentu,tetapi mereka tak berniat mentransfernya menjadi negara demokratik.Namun,bagaimana dengan Norwegia dan Kanada yang sama-sama memiliki SDA berlimpah? Ross melihat, kedua negara itu tetap bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang baik, angka kemiskinan yang rendah dan demokrasiyangbaikkarenabirokrasinya bersih, sistem governancenya berjalan dan kelembagaannya bekerja baik.

Nah, bagaimana dengan daerah-daerah di negara kita yang tiba-tiba mendapatkan temuan emas, minyak, batu bara, uranium, nikel, dan kekayaan alam lainnya? Di sini letak masalahnya.Dengan sistem demokrasi belum optimal, birokrasi belum tertata baik, budaya korupsi begitu kuat serta tata nilai masyarakat belum kokoh,rakyat yang tiba-tiba terkejut dengan ditemukannya sumber-sumber daya alam baru akan mengalami guncangan. Di Pulau Buru,kehadiran puluhan ribu pendatang bukanlah sesuatu yang dipicu oleh kedatangan individu yang melihat peluang.

Melainkan ada “bandar-bandar” besar yang mampu mengorganisasi dana, informasi, dan tenaga-tenaga ahli terampil dengan kekuatan modal. Cepat atau lambat mereka pasti akan memengaruhi sistem politik rakyat. Mereka mengendalikan kekuatan, di tengah-tengah masyarakat adat yang lugu dan pemerintahan daerah yang terkejut. Dalam suasana demikian ada rakyat yang diuntungkan secara ekonomi dengan datangnya ribuan pendatang baru dan mereka tentu ingin mempertahankannya: rumah makan kian ramai, penjualan makanan dan perkakas meningkat, kebutuhan perumahan dan tenaga kerja memicu peningkatan penghasilan.

Sebagian masyarakat adat yang ikut masuk ke dalam lubang-lubang penggalian emas pun mendapatkan emas.Tetapi di lain pihak, tak semua orang kuat dan mampu beralih ke tambang emas. Pegawai negeri, guru, orang tua, dan kaum ibu yang menjaga di rumah-rumah adat hanya bisa menjadi penonton yang tak berdaya. Mereka hanya bisa menyaksikan harga kebutuhan sehari-hari yang melonjak tajam dan tak tersedia. Di tengah-tengah kesulitan ekonomi,mereka menyaksikan keriangan di seputar tambang. Euforia emas terlihat di manamana.

Anak-anak membawa wajan (periuk dari logam) ke tepi-tepi sungai mengikuti cara kerja para pendulang.Sore harinya sungai ramai dengan ratusan anak-anak yang bertingkah serupa walau sesungguhnya mereka tidak tahu apa yang dilakukan. Mereka tetap riang walau keadaan sehari-hari terasa jauh lebih tegang, dan jurang kaya-miskin dapat memicu konflik. Demikian juga dengan dampak pencemaran lingkungan dari penggalian,pemakaian air raksa, alat-alat berat, dan tentu saja bahaya penyebaran penyakit seksual.

Di Mimika kita menyaksikan pertambangan erat hubungannya dengan kedatangan perempuan penghibur. Perilaku masyarakat berubah, penyebaran virus AIDS pun meluas. Ini pun sudah terlihat di berbagai daerah tambang lainnya.Tentu saja muncul di Pulau Buru. Lantas apa yang harus dilakukan? Saya kira isu pertambangan rakyat tidak bisa dibiarkan begitu saja agar masyarakat daerah memutuskannya sendiri. Bangsa ini harus mencari jalan untuk segera mengatasinya.

Harus ada ketegasan karena daerah yang baru merasakan pemerintahan dengan aparat yang belum terbiasa mengatasi masalah seperti ini membutuhkan dukungan berupa perangkat peraturan,cara mengatasi,dan governance. Jadi,pertamaperludipahami, pertambangan rakyat membutuhkan keterampilan. Artinya, harus ada tenggat waktu antara penemuan tambang dan kemampuan masyarakat lokal mengelola kekayaan alamnya. Tenggat waktu ini adalah pertarungan, antara pendatang dan masyarakat adat.

Kedua, para bandar yang menguasai dana dan keterampilan tak bisa menahan waktu. Mereka bekerja dengan modal pinjaman yang ada nilai waktunya. Pertarungan antara keduanya menimbulkan potensi konflik.Ketiga,kedatangan orang luar dalam waktu singkat memicu inflasi radikal sekaligus kemiskinan. Keempat,masyarakat yang terkejut akan mengalami perubahan gaya hidup dan peralihan profesi yang berarti akan terjadi gangguan produksi dari sektorsektor produktif lainnya ke tambang.

Kelima,akan terjadi kooptasi politik dari para bandar yang menguasai tambang. Lantas siapakah “rakyat”di balik pertambangan rakyat yang sekarang marak di manamana? Penataan diperlukan, bimbingan apalagi, demikian pula dengan perlindungan bagi rakyat yang sesungguhnya. “Kutukan”SDA yang tidak dikelola dengan baik akan berakhir dengan kutukan dalam arti sebenarnya. Mengapa harus dibiarkan sampai tereskalasi menjadi besar? ●

RHENALD KASALI

Ketua Program MM Universitas Indonesia

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/512203/34/

Sebarkan!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *