Asteroidpreneur – Jawapos 14 Mei 2012

Impian di masa kecil bisa berdampak di masa depan kalau Anda punya kecerdasan otot (myelin) untuk menemukan “pintu-pintu”-nya. Tentukanlah!

Pesan seperti itu sudah sering saya ucapkan tetapi menjadi semakin riil saat saya bertemu seorang spacecraft engineer yang sedang berlibur di Butchart Garden yang sejuk di British Columbia-Kanada. Pria keturunan Rusia yang meraih gelar Ph.D dari Standford ini bekerja pada dua “pemimpin” besar yaitu Eric Anderson – yang dikenal sebagai pengusaha biro perjalanan wisata ke luar angkasa (Space Adventures)  dan sudah menerbangkan tujuh milyuner – dan Peter Diamandis – Pendiri Ansari X-Prize Foundation, lembaga pengembang teknologi luar angkasa.

Kedua orang itu baru saja mendirikan Planetary Resources, Inc. yang akhir bulan lalu diluncurkan. Semua orang terkejut karena keduanya datang dengan gagasan yang original, yaitu menambang asteroid. Ya, ketika para insinyur Indonesia menekuni bisnis kue serabi, pecel lele, ayam bakar, jamur goreng, dan kebab, insinyur-insinyur kelas dunia sudah menjelajahi luar angkasa. Anda mungkin ingin membantahnya. Mungkin Anda bukan insinyur kuliner yang saya maksud. Tetapi bukankah insinyur-insinyur kita masih belum merealisasikan mimpi-mimpi di masa kecilnya dengan ilmu yang sudah ada di kepalanya?

Di pulau terpencil di Maluku dan Papua saya sering bertemu dengan insinyur-insinyur lulusan sekolah-sekolah terkenal yang sibuk menambang di perut bumi. Keluarganya hidup tenang dengan gaji besar, namun terlihat gelisah menjelang berakhirnya hak penambangan atau habisnya cadangan. Tak ada creative thinking yang benar-benar kreatif.

Di Butchart Garden, insinyur spacecraft yang saya temui begitu tergila-gila bercerita tentang impiannya membangun robot untuk menambang logam sekelas platinum dari asteroid yang mendekati bumi.

Bergeraklah!
Di hotel kecil tempat saya menginap di Kanada, malam itu saya mencari literatur dan info yang saya terima dari insinyur tadi. Seorang profesor yang saya kenal di Universitas Yale juga saya hubungi. Ternyata apa yang diceritakan insinyur tadi benar-benar riil.
Di dalam team yang dibangun Planetary Resources ada nama-nama besar dari Google seperti Eric Schmidt dan Larry Page. Ada putra bilioner yang pernah menjadi penantang Bill Clinton menjadi presiden dari kubu independen, Ross Perot. Lalu ada mantan astronot Tom Jones, scientist Sara Seager, dan ada mantan pembuat film science fiction, James Cameron.

Justru kehadiran James Cameron-lah yang menjadikan penambangan asteroid berita yang penuh humor. Stasiun televisi CBS menanyakan repoter ahlinya begini: “is this real or just a science fiction?” Reporter ahli itu menjelaskan bahwa kali ini yang mereka dengar adalah riil. Inilah era baru yang disebut sebagai asteroidpreneurship.

Asteroidpreneur tidak membangun usaha dari apa yang sudah dilakukan orang lain. Metodenya bukan ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) yang sering disebutkan para motivator dadakan. Mereka benar-benar menciptakan sesuatu yang baru dan original, berbekal pengetahuan dan data.

Asteroidpreneur juga mengambil risiko sedahsyat kecepatan asteroid memasuki atmosfir bumi, tetapi mereka berhitung. Coba bayangkan investasinya, saya baca dari sebuah literatur, untuk membuat robotnya saja dibutuhkan investasi US$ 2,6 miliar. Investasi ini tidak kecil, apalagi return-nya belum pasti.

Pertama,  mereka perlu membuat robot. Pilihannya ada dua, robot itu menambang di luar angkasa, atau sekedar menggandeng asteroid pulang ke bumi dan di tambang di sini. Kedua, mereka perlu satelit yang dilengkapi teleskop dan scanner bahan-bahan moneral. Satelit itu bertugas melakukan mapping dan menyeleksi mana asteroid yang paling “renyah” dengan kandungan mineral tinggi.
Ketiga, membangun industri pengolahan. Dan  keempat, diperhitungkanlah dampak perubahan harga. Logam-logam yang diduga ada di asteroid adalah logam keluarga Platinum, mulai dari Platinum, Palladium, Osmium dan Iridium. Saat ini, Platinum saja harganya hanya terpaut sedikit di bawah emas. Dan menurut perhitungan, satu unit asteroid ukuran sedang bisa ditambang sekitar 130 ton platinum, dan menghasilkan US$ 6 miliar.

Tetapi return sebesar itu hanya bisa dinikmati dengan asumsi terjadi kelangkaan. Kalau penambang asteroid jadi dilakukan dan hasilnya bisa digarap besar-besaran, sudah pasti harganya akan turun dan asteroidpreneur harus memperhitungkannya. Apalagi setiap kali misinya, biaya operasional sekitar US$ 30 juta.

Namun bagi asteroidpreneur, berhitung bukan untuk menghindari kesempatan. Melainkan untuk bergerak seperti saat Christopher Columbus mengajukan proposal kepada Raja Portugal untuk  mengeksplorasi dunia lewat jalur barat. Dua kali proposalnya ditolak. Ia tidak menyerah. Hampir semua orang kaya Eropa (saat itu adalah raja) ia dekati. Bukan Bank. Raja Inggris menunda-nunda proposalnya, namun berkat Ratu Isabel, ia berhasil menjelajahi Atlantik, tetapi misinya gagal mencapai India, terdampar di Amerika.

Tetapi meski gagal, dunia diuntungkan. Saat diolok-olok penjelajah lainnya ia hanya berkata ringan, “Hanya orang malas yang tidak bergerak, orang-orang ini hanya pintar bicara saja tanpa pernah berbuat. Tetapi kalau Anda bergerak kemungkinan tersasar pasti ada. Tetapi kalau Anda tak mau kesasar, Anda tak pernah menemukan jalan baru.”
Saya kira itulah pedoman hidup asteroidpreneur. Berani mencoba?

Rhenald Kasali
Founder Rumah Perubahan

Sebarkan!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *