Berbicara tentang kepemimpinan, akan ada banyak aspek yang bisa dibahas. Mulai dari karakteristik hingga gaya. Apabila semuanya dimaksimalkan, tentu human capital yang dipimpinnya bisa memberikan kinerja dan produktivitas yang optimal. Bahkan, sangat mungkin jika hasilnya melebihi ekspektasi. Namun, kemampuan leadership tesebut hendaknya dimiliki oleh setiap individu, tidak hanya mereka yang memimpin tim.
Seorang leader tentu memiliki jiwa untuk membantu dan melayani. Mereka akan memberikan kinerja terbaiknya untuk mendukung tim sehingga hasil akhirnya melampaui apa yang diharapkan. Dalam mencapai hal tersebut, sebanyak 60 peserta dari Eselon 4 Pemerintah Kota Tangerang Selatan kembali mengikuti Servant Leadership Program di Rumah Perubahan. Para peserta adalah batch kedua, dengan komposisi yang berbeda dengan program pada batch pertama.
Selama dua hari (25-26 Oktober), para peserta mendalami pentingnya menjadi seorang birokrat yang memiliki jiwa melayani secara tulus. Di hari pertama, peserta diperkenalkan terlebih dahulu tentang Mentalitas Driver. Materi tersebut mengacu dan dikembangkan dari buku Prof. Rhenald Kasali yang berjudul Self Driving. Dalam menjadi pemimpin dibutuhkan mentalitas yang dapat mengetahui ke arah mana mereka akan membawa para human capital.
Diskusi yang hangat tentang mentalitas driver tersebut dilanjutkan degan materi mengenai smart bureaucracy. Mereka, para birokrat tidak hanya sekedar melayani saja, namun juga dapat melayani secara maksimal dengan bantuan teknologi. Materi tentang smart bureaucracy juga membahas sudah saatnya para birokrat menepis stereotipe tentang pelayanan yang lama dan berbelit.
Dua materi di hari pertama dipertajam lagi dengan materi servant leadership. Pada sesi ini, materi pun lebih detil membahas pelayanan dan bagaimana memberikan pelayanan tersebut secara optimal dan prima. Pada sesi kelas ketiga di hari pertama, selain diskusi, para peserta juga mendapatkan sesi sharing session bersama Senior Faculty Member dari Rumah Perubahan.
Berbeda dengan hari pertama, sejak pagi di hari kedua para peserta sudah diminta untuk melakukan simulasi sekaligus tantangan. Simulasi tersebut berhubungan dengan materi-materi yang sudah diberikan sehari sebelumnya. Maka dari itu, peserta pun dibagi menjadi beberapa kelompok. Melalui simulasi Food for People, mereka menunjukkan kapasitas sebagai seorang pelayan masyarakat.
Simulasi yang dilaksanakan secara berkelompok dapat diselesaikan secara baik oleh semua peserta. Setelah istirahat makan siang, sesi insight dari simulassi Food for People pun dimulai. Masing-masing kelompok memberikan pendapat mengenai simulasi yang dijalankan sedari pagi hingga siang tersebut. Hasil diskusi pun diangkat dalam materi untuk dibahas lebih dalam betapa pentingnya tidak sekedar mengetahui, namun juga mengeksekusi.
Servant Leadership Program berakhir pada hari Kamis, 26 Oktober 2017.