Mengajar Kutilang Terbang – Sindo, 16 Maret 2014

Setiap anak punya mimpi. Mereka bisa jadi apa saja, ditentukan oleh kekokohan karakter yang membentuknya. Namun, arahan orangtua juga sangat penting agar impian anak bisa terwujud. Peran orang tua dalam membangun karakter demi mewujudkan cita-cita si anak dapat melalui pendidikan dini yang kini cukup banyak berdiri. 

Keriangan anak-anak bermain sambil belajar disaksikan KORAN SINDO ketika mengunjungi PAUD dan TK Kutilang di Bekasi, Jawa Barat. Tak ada ruang kelas. Yang ada hanya satu ruang besar dibagi menjadi beberapa sentra. Ada sentra persiapan, main peran, balok, iman dan takwa, serta bahanalam. Dalamsatukelompokpendidikan anak usia dini (PAUD) diisi delapan orang anak. Sedangkan, kelompok taman kanak-kanak diisi 10 anak. Pembatasan ini bertujuan agar anak-anak lebih fokus. Para guru PAUD dan TK Kutilang menyampaikan materi-materi ajar dengan cara bermain dan bercerita.

Di sekolah ini interaksi guru dan siswa terbilang unik, berbeda dengan kebanyakan PAUD/TK. Guru menyapa siswa dengan sebutan ”teman”, sedangkan siswa menyapa gurunya dengan sebutan ”bunda”. Sekolah anak usia dini yang didirikan Elisa Kasali, 48, ini menerapkan strategi pembelajaran tematik karena melihat kebutuhan tumbuh-kembang anak yang mudah mencerna setiap pengetahuan secara holistik. Demi memenuhi proses pembelajaran tematik, Bunda Lisa––begitu Elisa biasa disapa–– mempraktikkan metode pembelajaran lewat sentra-sentra yang telah dibuat.

Setiap bulan tema dan materi yang diberikan kepada anak-anak berbeda-beda. Melalui sentra-sentra tersebut satu tema bisa dijelaskan secara korelatif sehingga mudah dipahami anak-anak. Mereka ibarat ”kutilang- kutilang” yang baru belajar terbang. Minggu lalu misalnya, tema yang diambil adalah profesi. Di sentra main peran, satu kelompok siswa diminta memerankan beberapa profesi, misalnya profesi di rumah sakit. Para siswa diminta bermusyawarah untuk menentukan siapa yang akan menjadi dokter, perawat, dan pasien.

”Saat itulah anak diajarkan untuk tidak egois. Jika semua anak ingin jadi dokter, musyawarah akan berlangsung lama dan ini akan mengurangi waktu bermain mereka,” kata Elisa, kepada KORAN SINDO, Jumat (14/3). Sementara di sentra balok, siswa diminta membangun rumah sakit. Setiap siswa hanya boleh mengambil balok sesuai dengan kekuatan mereka mengangkat balok, tidak boleh lebih. Jika kurang, mereka bisa kembali lagi. Para siswa diminta membangun rumah sakit di atas nampan yang menjadi lahan mereka.

Siswa tidak boleh membangun di luar lahan yang sudah disediakan, karena itu adalah hak orang lain. Contoh lain, bulan lalu PAUD-TK Kutilang mengambil tema serangga. Semua sentra disesuaikan dengan tema serangga. ”Misal, kita ingin mengenalkan serangga kepada mereka. Jadi yang mesti diterangkan, serangga adalah ciptaan Allah SWT, yang memiliki manfaat bagi hidup manusia dan tumbuh-tumbuhan,” tutur Elisa. Dalam mengembangkan PAUD-TK Kutilang, Elisa terpinspirasi konsep Child Development Laboratory (CDL), metode yang diajarkan di TK kampus Illinois, AS, tempat suaminya, Rhenald Kasali menyelesaikan S-3.

Elisa memaparkan, model pendidikan anak usia dini di AS menjadi tanggung jawab universitas. Semua pengajar TK adalah lulusan sarjana, magister, dan doktor pendidikan anak. Bahkan, tak jarang kepala TK menyandang gelar profesor di bidang ini. PAUD atau TK sebagai laboratorium riset pendidikan anak. Hampir setiap waktu para guru melakukan observasi mengenai prilaku, psikologi, bakat, interaksi, hingga model permainan anak di sekolah. Para guru membuat evaluasi mingguan tentang perkembangan anak di sekolah dan diserahkan ke orangtua masing-masing.

Bahkan, di lantai atas sekolah disediakan tempat khusus orangtua untuk mengawasi anak-anaknya di bawah. ”Jadi, orangtua bisa mengawasi anak dari atas, yang anak-anak sendiri tidak mengetahui. Di tempat itu juga, para guru biasa menjelaskan perkembangan anak ke orangtuanya dengan langsung melihat ke bawah,” ungkap Elisa. Semua perkembangan anak baik dari sisi afektif, kognitif, dan psikomotorik diteliti dan kemudian dibuatkan draf evaluasinya secara berkesinambungan.

”Kita berharap pendidikan anak usia dini di Indonesia bisa lebih baik agar bangsa ini ke depan juga punya banyak generasi yang berkualitas,” kata perempuan kelahiran Banda Aceh, 22 Oktober 1965 ini. Pembelajaran anak usia dini adalah bekal pendidikan karakter. Pihak sekolah, orangtua, dan lingkungan sekitar berkewajiban mendidik anak-anak supaya memiliki karakter yang kuat dan moralitas yang tinggi. Tak heran jika di PAUD-TK Kutilang toleransi juga menjadi satu materi yang sangat ditekankan kepada anak-anak. Metode pengajaran tersebut sejalan dengan misi Rumah Perubahan yang dibangun Rhenald Kasali dengan tiga fokus utama kewirausahaan sosial, pendidikan, lingkungan, dan pengembangan masyarakat, sekaligus menjadi simbol keberagaman dan toleransi.

Sementara, pemerhati anak Seto Mulyadi mengatakan, proses pembelajaran anak di usia dini lebih baik disampaikan dengan menggunakan pola permainan. Cara ini dinilai efektif agar anak tidak mudah bosan dan cepat-cepat ingin pulang ke rumah. ”Dalam penggunaan permainan, seorang guru mesti memperhatikan beberapa unsur penting, apakah ada temantemannya dan apakah permainan itu membuat si anak senang dan tertawa,” ujar Kak Seto–begitu dia biasa disapa– kemarin. Karena itu, materi yang bisa merangsang aspek motorik anak menjadi tanggung jawab seorang guru.

” Anak-anakbisa diberikan permainan berlari, memanjat, corat-coret buku gambar, atau apa saja yang bikin dia senang dan gembira bersama teman-temannya,” ucap Kak Seto. Dalam hal ini, bahan materi pelajaran juga bisa disampaikan dengan pendekatan berbasis tema. Beberapa tema yang sudah disiapkan para guru dipadukan dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan, lalu disampaikan kepada anak didik melalui sejumlah permainan.

Meminjam istilah Rhenald Kasali, setiap anak bisa menjadi apa saja, pemimpin, penjahat, musisi, penghibur, pengeluh, profesor, penganggur, atau koruptor sekalipun. Semuanya ditentukan seberapa kokoh karakternya. Oleh karena itu, pembangunan karakter harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan awal agar ”kutilang-kutilang” tadi bisa terbang tinggi.

Sebarkan!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *