Perubahan Sosial dengan Solusi Kewirausahaan

\"Kewirausahaan tidak hanya dapat dipakai untuk mengatasi pengangguran, melainkan juga mengatasi kesenjangan kaya miskin tanpa uang negara. Kalau jumlah wirausahan bisnis saja masih di bawah 0,2persen, maka jumlah wirausahawan sosial masih jauh dibawahnya. Diperkirakan baru sekitar 0, 002 persen. \” Mereka adalah pejuang perubahan yang tidak kenal menyerah, dan mengorbankan kekayaannya untuk orang lain. Membangun usaha bukan untuk mengambil deviden, melainkan untuk melakukan investasi sosial, \” demikian Ketua Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia, Rhenald Kasali

\”Kalau kalinya bening, hutannya menghijau, tapi penduduknya miskin maka Orang Betawi bilang itu namanya jomplang,\”  ujar Bang Idin, penggerak sosial yang menguasai jaringan pada 13 sungai yang melewati Jakarta.  Bang Idin (Sanggabuana) bertemu Masril Koto (Bank Tani) dari Bukit Tinggi, Tabrani dari Aceh, Rhenald Kasali (Rumah Perubahan), Toto Sugito (Bike to Work) dan Bambang Ismawan (Bina Swadaya), Bambang Basuki ( Mitra Netra) dari Jakarta, Ilik Sas (Rumah Usaha Semarang) dan Gus Hafidh (SPMAA Lamongan).

Pertemuan yang difasilitasi AKSI dan Rumah Perubahan itu mengukuhkan gerakan kewirausahan sosial yang mrngedepankan kemandirian.  \”Dulu kami disebut NGO, dan saat kami berkegiatan ekonomi agar mandiri, sejumlah pihak tidak senang. Mereka lebih senang menjadi pengemis dengan menadah filantropi daripada hidup mandiri,\” ujar Bambang Ismawan yang dikenal sebagai perintis social enterprise Indonesia.

Padahal dana-dana philantrophy kini telah jauh berkurang, sementara masalah sosial yang dihadapi bangsa yang ekonominya tumbuh pesat ini semakin hari semakin bertumpuk.  Masalah lingkungan, sampah, pengangguran, kemiskinan, pendidikan, kesehatan, pangan dan pertanian terus berdatangan. Belum lagi masalah disabilitas yang dilihat lebuh sebagai hambatan daripada kesempatan.

\"Saat pemerintah dan dunia usaha mencanangkan gerakan untuk menciptakan wirausaha bisnis, hendaknya jangan melupakan pentingnya peranan wirausaha sosial. Wirausaha sosial dibutuhkan negri ini untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang tak urung selesai.  Dalam sambutannya, pendiri AKSI Sandiaga Uno mengatakan, \”terlalu banyak masalah sosial yang masih harus dipecahkan dan wirausahawan sosial bekerja untuk mengatasinya, bukan untuk berbicara.\”. Rhenald Kasali, gurubesar FEUI dan ketua AKSI menandaskan pentingnya jalinan kerjasama dalam \”Membangun Negri Tanpa Pamrih, Tiada letih, tanpa Henti.\”

Salah satu program yang diusung adalah jaringan untuk mengatasi kerawanan pangan yang melibatkan petani dari sejumlah propinsi.

Dalam diskusi nasional yang berlangsung  Sabtu, 18 Juni 2010 di kampus Rumah Perubahan yang dikelilingi hutan mini di Jati Murni Bekasi, ke 50 penggerak perubahan sosial itu berikrar memperkuat jaringan membangun negri dengan metode kewirausahaan sosial.  Ciri-ciri gerakan ini adalah original, merubah masalah sosial menjadi peluang, berorientasi menghapuskan kemiskinan dari bumi Nusantara, tanpa menunggu peran negara, tidak mengharapkan tepuk tangan dan riil. Bagi Bambang Ismawan, penting penggerak ini membangun social enterprise yang diartikan sebagai social developmrnt with entrepreneurship solution.

Bentuk kegiatan usaha yang dilakukan masing-masing wirausahawan sosial amat beragam. Rumah Perubahan menyediakan jasa pelatihan manajemen, Bina Swadaya memberi pelatihan pertanian, Bank Tani dalam keuangan mikro, SPMAA adalah pesantren, Mitra Netra pelatihan untuk tuna netra, dan Bank Idin beternak ikan dan kambing. Namun apapun yang mereka lakukan, semua keuntungan dipakai untuk pengabdian sosial. Rumah Perubahan menyediakan pendidikan gratis dan mengolah sampah, Sanggabuana melakukan penghijauan sepanjang sungai, Bank Tani membebaskan petani dari kemiskinan dan seterusnya.

\"AKSI didirikan tahun 2009 untuk mewadahi pejuang sosial yang menggunakan soluei kewirausahaan, kini beranggotakan lebih dari 100 social change makers dan memiliki hub di Semarang dan Surabaya.  Dalam waktu dekat akan dibuka cabang-cabang AKSI baru.  Hingga saat ini baru dua perguruan tinggi yang membuka jurusan kewirausahaan sosial dan diperkirakan jumlahnya akan bertambah banyak menyusul meningkatnya minat masyarakat yang sangat tinggi untuk berkegiatan sosial.

Sebarkan!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *