Pada era 1960-an, Bung Karno, Kennedy, Gandhi dan Castro menyihir dunia lewat sensasi suara : Radio. Di awal abad 21 perubahan dilindungi juga oleh kekuatan rakyat namun sensasinya sudah jauh berbeda, yaitu Viral Sensation. Ya seperti gerakan hari jumat malam lalu, saat tokoh-tokoh masyarakat berbondong-bondong ke gedung KPK ingin “mengusir” polisi yang akan menjemput paksa penyidiknya. Meski rombongan polisi pergi karena ditelefon atasannya, namun atasan dari atasan-atasannya yang menelefon terimbas Viral Sensation yang dialami tokoh masyarakat.
Viral Sensation terjadi hampir setiap minggu dengan topik yang amat beragam, mulai dari sensasi Negeri Lima Menara hingga nikah siri Limbad. Dari koin untuk Prita Mulyasari sampai Caiya-caiya Briptu Norman Kamaru. Dari Jokowi sampai Kompol Novel Baswedan. Viral Sensation menghancurkan kekuatan-kekuatan lama dan menumbuhkan spirit-spirit baru.
Namun bisakah “Viral Sensation” yang mewakili suara rakyat merubah para politisi yang koruptif?
Ura. Ru
Sekelompok relawan di Rusia mengatakan “harus bisa”. Mereka lalu membentuk sebuah Website yang domainnya diberi nama Ura.Ru. Disitu setiap hari rakyat mengeluh, menceritakan segala kejadian yang diterima dari pelayanan publik. Mereka memberi tag line web nya sebagai “A City Site for A Better City”.
Harap maklum Ura.Ru dibangun oleh relawan-relawan dari Yekaterinburg, kota terbesar ke 4 di Rusia yang sarat perilaku mafia dan politisi-politisi korup yang malas mirip-mirip dengan situasi yang kita hadapi.
Tetapi keluhan saja tak menciptakan perubahan. Anak-anak muda yang lebih cerdas mengusung tema Graphity for Change. Ya betul, mereka menggunakan kemampuan artistik membuat grafiti di tengah kota untuk membongkar watak para politisi. Seorang pakar komunikasi menasehati mereka. “ Kalau tidak dibuat personal, Viral Sensation tidak akan terbentuk. Dan tanpa sensasi itu perubahan akan sia-sia.
Mereka pun sepakat. Tiga buah potholes (lubang besar di jalan raya) yang sudah sering mereka keluhkan dijadikan sasaran. Lubang-lubang besar itu mereka jadikan gambar mulut dari kepala para politisi yang terlalu sering melukai hati rakyat. Ketiganya juga dianggap orang yang sering ingakar janji. Wajah tiga orang itu mereka jadikan grafiti. Bermodalkan tiga kaleng cat semprot, wajah ketiganya digambar pada malam hari tepat di tiga lubang itu. Dan esoknya foto-fotonya sudah di upload di situs Ura.Ru. Di bawah mulut mereka tertera ucapan-ucapan yang sering mereka janjikan.
Bak virus yang cepat mewabah, Viral Sensation menyebar begitu cepat hingga sampai ke telinga ke tiga politisi yang tengah menjadi sasaran. Namun alih-alih melayani kepentingan publik mereka justru menugaskan PNS untuk membersihkan wajah-wajahnya dan janji-janji kosongnya.
Namun para relawan sudah siap dengan beberapa kamera yang dipasang tersembunyi. Langkah para petugas yang membersihkan grafiti mereka rekam dalam kamera tersembunyi dan sekali lagi ditayangkan dalam Ura.Ru. Para relawan pun menulis di lokasi yang sama yang telah dibersihkan petugas: Painting is not fixing it (mengecat ulang bukanlah memperbaikinya). Tulisan berwarna putih di atas dasar hitam, terbaca sangat jelas dari jauh. Popularitas para politisi jeblok total.
Dan anda tahu apa akibat selanjutnya?
Dalam tempo 24 jam, tiga kaleng cat semprot yang digunakan senima-seniman grafiti berhasil mengubah pikiran politisi-politisi malas. Malam harinya lubang-lubang besar itu segera dirapihkan. Hanya dengan cara itulah rakyat Yaketerinburg dapat menikmati kenyamanan jalan yang mereka inginkan.
Perbaiki Nasib Bangsa
Dalam buku Why Nations Failed, Daron Acemoglu dan James Robinson menjelaskan, bangsa-bangsa yang gagal membangun kesejahteraannya bukan disebabkan oleh alamnya atau budayanya, melainkan sistem politik yang membiarkan para politisi busuk tetap berkuasa. Rakyat yang tak punya kuasa mengganti mereka akan menerima nasib buruk kemiskinan dan kurang gizi.
Ura.Ru dan para relawan di Yekaterinburg mengajarkan, diluar sistem politik ada cara bagi rakyat untuk menciptakan perubahan yang bersifat damai, yaitu Viral Sensation. Serangan-serangan sensasi virus ini harus ditujukan secara personal, tepat di sasaran, lengkap dengan bukti-bukti ucapannya. Sebab pejabat publik hanya peduli pada citra publik dirinya. Ditengah-tengah budaya malu yang sudah hilang, sensasi media sosial masih bisa dijadikan harapan, asal para seniman-seniman grafiti, mahasiswa dan aktivis-aktivis perubahan mau bersatu dan tidak berbuat onar dengan merusak sarana publik, atau menyusahkan pengguna jalan. Ayo ikut menciptakan perubahan!
Rhenald Kasali
Founder RUmah Perubahan