Community of Trust – Jawapos 12 Maret 2012

Malam minggu kemarin saya di undang oleh suatu komunitas yang mungkin tak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya. Mereka datang dari beberapa kota: Bandung, Palembang, Balikpapan, Surabaya, Jakarta dan sebagainya. Di sebuah kafe papan atas di Plaza Senayan malam itu sekitar 300 orang hadir. Semuanya membawa BlackBerry.

Saya menyebut komunitas ini sebagai Community of trust, sebuah komunitas Virtual yang hanya sewaktu-waktu bertemu, tetapi ikatan rasa percaya di antara mereka besar sekali. Pius Nugraha, dosen senior FEUI yang hadir di acara itu bercerita suatu saat ia membeli sebuah alat untuk menyimpan tenaga listrik yang bisa dipakai untuk BlackBerry nya. Harganya tidak mahal, katanya. Empat ratus ribu rupiah.

Tentu saja ia membeli dari komunitas itu. Barang segera dikirim, padahal down payment, apalagi full payment belum dikirim. Sewaktu ditanya, si penjual bilang begini, “gampang kok, bayarnya kapan sempatnya saja.”
Anda tentu bertanya, masih adakah rasa percaya seperti itu di negeri kita? Yang kita dengar selama ini justru berita-berita negatif seperti penipuan dan pemalsuan sehingga yang berkembang justru bisnis premanisme ala debt collector.

Peran Indosat

Malam itu tuan rumah acara adalah Indosat. Maklum komunitas yang saya maksud ini adalah Indosat-BlackBerry Community. Malam itu mereka merayakan ulang tahun ke empat.
Komunitas seperti itu belakangan marak muncul, bahkan selalu di upayakan oleh para pengusaha agar bisnisnya ikut berkembang. Namun pelajaran penting yang bisa di ambil adalah, tak ada komunitas Virtual yang langgeng selain yang tumbuh secara alamiah, organik dari bawah. Ia harus benar-benar genuine, lahir karena dikehendaki anggota-anggotanya. Ya, seperti komunitas Udin sedunia sajalah. Semuanya berisi orang-orang yang ada nama Udin-nya. Bukan karena terpaksa bernama Udin.

Demikian pula lah dengan Indosat-BlackBerry Community ini. Ia lahir dari para pengguna BlackBerry yang 4 tahun lalu baru berkenalan dengan teknologi ini. Awalnya mereka merasa asing dengan istilah-istilah baru yang jarang dipakai di ponsel biasa seperti PIN, DP, Aprove, status, PIN barcode, dan seterusnya. Karena Indosat provider pertamanya, maka ia diuntungkan mendapatkan para pioner sejati.
Jogianto, mantan wartawan yang menjadi pemimpin di kelompok ini mengatakan anggotanya sudah di atas 5000 orang. Harry Sasongko, CEO Indosat berujar “orang-orang inilah yang menjadi pembela Indosat. Kalau ada komplain, merekalah yang lebih aktif menjawab. Sebab masalah yang dihadapi rata-rata adalah ketidakpahaman terhadap istilah-istilah teknis. Begitu dijawab para pioner urusan selesai.”

Minyak Kayu Putih

Di forum itu saya di minta menjelaskan apa yang tengah terjadi di Pulau Buru dan mengapa saya dan team “melancong” ke Pulau buangan tapol ini. Saya katakan masalahnya sederhana saja, kita semua berhutang pada Pulau Buru. Ketika saya tanya apakah ada di antara tamu yang pernah di besarkan tanpa minyak kayu putih, semuanya pun terdiam. Mereka mengatakan bukan hanya dirinya, melainkan juga orang tua dan anak-anak nya pernah di hangatkan minyak kayu putih.

Tak banyak yang tahu bahwa sebagian besar minyak itu berasal dari Pulau Buru. Dan tak banyak pula yang tahu bahwa kebun-kebun penghasil minyak ini hampir punah ditelan kemiskinan dan ancaman tambang emas. Bayangkan apa jadinya Indonesia bila minyak kayu putih saja harus import? Nasibnya akan sama seperti garam, batik, jeruk Bali dan sapi lokal.

Saya lalu menjelaskan hubungan antara sapi dengan minyak kayu putih, sawah-sawah para transmigran, energy biomassa, air terjun dan kebun-kebun coklat yang merana. Sungguh saya tak menyangka di forum ini saya mendapat banyak sahabat. Mereka memberi charity  untuk masyarakat adat Pulau Buru. Dan yang lebih menarik lagi, mereka berebut mendapatkan botol-botol kecil berisi minyak kayu putih asli yang sudah kami botolkan. Semua mengambil sambil memberi charity.

Dari sini saya mendapat ide, kelak minyak kayu putih masyarakat adat Pulau Buru bisa dipasarkan secara eksklusif pada Community of trust  seperti ini, lewat charity. Minyak buatan mereka sudah pasti asli tidak di campur bahan-bahan berbahaya seperti yang banyak ditemui belakangan ini. Minyak asli seperti ini tidak berbahaya bagi kesehatan Anda, bahkan sejumlah orang mencampurnya dengan air minum untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Dan sudah pasti pula jumlahnya tidak banyak. Ini jauh lebih baik dari pada mendiamkannya dikuasai para tengkulak yang memainkan harga. Anda pun bisa mengembangkan komunitas baik hati seperti ini

Rhenald Kasali
Founder Rumah Perubahan

Sebarkan!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *