Sejak buku Disruption: Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan dalam Peradaban Uber yang dirilis pada bulan Februari 2017, banyak sekali pemintaan yang datang untuk mengadakan kegiatan berdasarkan buku tersebut. Sama halnya ketika buku Self Driving yang dirilis tahun 2014 menjadi best seller dengan cepat. Maka, tim Rumah Perubahan pun merancang sebuah pelatihan yang bisa membantu para pembacanya untuk memahami isi buku tersebut. Tidak sekedar menjadi paham, melainkan juga mampu mempraktikan ke dalam tindakan nyata.
Pelatihan Reformulating Strategy in the Era of Disruption hingga bulan Juli ini sudah memasuki angkatan kelima. Dengan kata lain, sudah ada lebih dari 200 pengambil kebijakan, regulator, para pemimpin perusahaan yang belajar bersama di Rumah Perubahan di bawah arahan Prof. Rhenald Kasali. Sama halnya seperti angkatan sebelumnya, sesi diawali dengan pengenalan apa itu disruprsi dan bagaimana perubahan tersebut begitu berpengaruh terhadap semua aspek manusia.
Para peserta pun diajak untuk berdiskusi sebuah studi kasus. Mereka dihadapkan pada situasi dan apa yang harus dilakukan supaya situasi tersebut bisa terpecahkan dengan baik. Dengan petunjuk-petunjuk yang sudah diberikan, mereka diharapkan mampu menyusun strategi dan mengenali apa yang sebenarnya membuat suatu organisasi gagal.
Prof. Rhenald Kasali pun juga menekankan, bahwa melakukan disrupsi tidak hanya berbicara tentang inovasi saja. Inovasi yang tidak diperbarui pun akan menjadi usang dan tidak ada bedanya dengan yang sebelum-sebelumnya. Oleh karena itu, peserta diajak juga melihat ke masa depan. Namun sebelumnya, seorang narasumber didatangkan untuk menjelaskan apa yang terjadi pada perusahaan ketika dinyatakan terpuruk hingga kini menjadi kuat kembali.
Memasuki hari kedua, peserta memulai dengan membahas ulang apa yang sudah didapatkan di hari pertama. Mulai dari insight studi kasus yang sudah didapatkan dan hasil sharing dengan para pelaku disruption. Setelah semua peserta paham apa-apa saja yang harus dipahami untuk membuat sebuah organisasi bertahan, bukan sekedar salah urus saja. Baru setelah itu peserta diberi materi yang lebih dalam membahas strategi di era disrupsi.
Selain studi kasus, di hari kedua para peserta juga lebih banyak melakukan simulasi sebagai bentuk pemahaman dari keselurhan materi Disruption. Dalam Journey to Mars, semua peserta mengaplikasikan bagaimana berpikir ke masa depan. Bagiaman memisahkan antara The Past, The Present dan melihat The Future.
Tidak hanya itu saja, sebelum materi penutup, para peserta melakukan simulasi My Canvas. Simulasi untuk mendalami sejauh mana sebuah disrupsi berhasil dipahami, sejak kelas, sesi sharing, hingga Journey to Mars.
Reformulating Strategy in the Era of Disruption Bacth kelima diakui oleh peserta sebagai sebuah kegiatan yang harus diikuti oleh para pemangku jabatan penting supaya lebih mengerti bagaimana menghadapi perubahan yang semakin tidak terduga. Bagaimana pelatihan ini berlansung bisa Anda tonton videonya di sini.