Semua orang mengatakan \”Miracle happens outside your comfort zone.\” Bahwa keluar dari zona nyaman akan membawa kita kepada hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan. Entah itu inspirasi, atau sesedarhana ide-ide baru nan segar untuk menyelesaikan masalah. Tetapi, apakah pemahaman \”keluar dari zona nyaman\” mudah diinternalisasikan? Tidak. Sekedar membaca tanpa ada tindakan nyata untuk mengalaminya langsung tidak akan membawa kita menuju perubahan. Termasuk ketika kita mengatakan pada diri mengenai zona tidak nyaman. Tanpa ada aktivitas yang melibatkan otak dan otot, kita tidak akan belajar untuk mengerti dengan benar.
Itulah yang dicoba untuk disampaikan melalui Self Driving Training kepada para Top Level Management PT. Rintis Sejahtera dan PT. Primacom Interbuana. Sebuah pelaatihan yang berlangsung selama dua hari semalam tersebut diikuti oleh peserta sebanyak 46 orang. Mereka mengalami langsung bagaimana rasanya di luar zona nyaman. Bukan yang sederhana saja, melainkan yang belum pernah dibayangkan sebelumnya.
Dibuka pada tanggal 21 Maret 2017, para peserta diajak untuk mendengarkan sesi dari Prof. Rhenald Kasali. Antusiasme begitu tergambar. Para peserta fokus mendengarkan bagaimana Prof. Rhenald Kasali menjelaskan betapa pentingnya memiliki mentalitas seorang good driver dan good passanger. Dijelaskan pula bahwa setiap orang bisa saja memiliki potensi menjadi seorang bad passenger atau yang lebih ekstrim, menjadi seorang bad driver.
Di sesi tersebut, Prof. Rhenald Kasali juga mengajak para peserta untuk mulai menyelesaikan masalah yang ada ssat ini dengan cara pandang masa depan. Menurut pandangan beliu, kesalahan yang terjadi pada jajaran seperti top level management ialah mereka masih mengacu pada cara-cara masa lampau.
Untuk mendalami mengenai Self Driving, terutama hubungannya dengan pola pikir manusia, Prof. Rhenald Kasali kemudian mengajak para peserta untuk bermain di luar ruangan. Menggerakkan tubuh supaya semuanya mengalami berada di luar zona nyaman. Ya, mereka bermain Urban Outbond.
Beragam tantangan harus bisa diselesaikan dalam waktu tertentu. Atau dianggap gagal karena terlambat. Seakan merasa muda kembali, semua peserta antusias dan sangat semangat untuk bisa menjadi pemenang. Mereka berkompetisi secara sehat dan selalu menunjukkan performa terbaiknya.
Setelah makan malam, peserta masih dikejutkan lagi dengan \”permainan\” baru. Tidak. Bukan berada di luar ruangan, melainkan di dalam ruangan. Mereka diajak untuk memahami apa itu kerja tim yang harmonis dengan simulasi bermain alat musik angklung. Malam pun ditutup dengan lebih sumringah meskipun setengah hari dihabiskan secara outdoor.
Bukan Impossible, tapi I\’m Possible
Masih dengan semangat yang sama, semua peserta melakukan Morning Exercise di area Green Zone Rumah Perubahan. Sebuah aktivitas olahraga pagi yang dibalut dengan kompetisi antartim. Tentu saja, dengan kegembiraan di dalamnya. Mereka masing-masing berlomba adu cepat dalam olahraga estafet tongkat.
Tidak hanya itu saja, setelah sarapan, mereka mendapatkan tantangan yang lain lagi. Mission Impossible namanya. Dengan modal yang sangat terbatas, mereka wajib menuntaskan misi. Lagi-lagi dengan durasi yang sudah ditentukan. Awalnya mereka ragu, apakah benar-benar bisa merampungkan misi tersebut. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Para peserta berhasil! Mereka kembali ke Rumah Perubahan dengan senyum sumringah. Terbukti, mereka bisa. Misi itu adalah Mission I\’m Possible.
Acara diakhiri dengan pemberian apresiasi kepada tim dan peserta terbaik. Tidak lupa, pemutaran video dokumenter kegiatan selama dua hari. Dari Self Driving Training, diharapkan para Top Level Management bisa mengaplikasikan apa yang sudah diberikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Tonton juga video keseruannya di sini.