Era world 2.0 yang memberikan kebebasan penuh dalam bertransaksi dan melakukan kegiatan ekonomi berujung kepada kelahiran pasar bebas. Deregulasi ekonomi terjadi, dunia seakan tanpa sekat dan perdagangan kini tak kenal batas wilayah, investasi asing masuk hampir keseluruh negara berkembang melahirkan ketimpangan yang kian menjadi-jadi. Aktifitas ekonomi yang berorientasi efisiensi ini telah melahirkan dehumanisasi, sektor bisnis tumbuh berkembang begitu pesat namun sangat sedikit memercikkan kesejahteraan bagi kaum tak berpunya.
Hukum Alam berlaku, era baru akan muncul dengan sendirinya mengkoreksi kekurangan dan kegagalan era sebelumnya. Kemunculan era world 3.0 dianggap merupakan perpaduan penting antara kontrol negara dan peran pasar yang optimal, disamping itu era ini juga turut memperhatikan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai pola-pola ekonomi baru yang inovatif, salah satunya adalah Social Entrepreneurship.
Social Entrepreneurship dianggap sebagai jelmaan dua spirit yang dimiliki bunda Theresa dan pendiri Microsoft Bill Gates. Sentuhan kemanusiaan Bunda Theresa dan naluri bisnis Bill Gates merupakan perpaduan apik yang mampu menciptakan perubahan sosial secara berkesinambungan. Adalah Muhammad Yunus sang pendiri Grameen Bank serta peraih nobel dibidang kemanusiaan yang berhasil memantik banyak gerakan-gerakan Social Entrepreneur baru diseluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Prof Rhenald Kasali selaku pendiri Rumah Perubahan pada Selasa (19/2/2012) di Gedung UOB, Jalan MH Thamrin mengupas tuntas tentang Social Entrepeneur ini. Berkolaborasi denga LA Lights, Prof Rhenald Kasali menyelenggarakan seminar Inspiraction bertemakan Social Enterprise yang menghadirkan sederet pembicara seperti Noni S Purnomo (VP Business Development Blue Bird Grup), Raditya Dika (Pengarang Buku), Henry Honoris (Presdir Modern Grup), dan turut menghadirkan social entrepreneur Indonesia seperti Ning Hermanto, Masril Koto, dan Haji Idin.
Acara dengan helicopter view mengenai social entrepreneur oleh Prof Rhenald Kasali selaku host. Ia menyajikan berbagai profil sosok dan lembaga social entrepreneur di seluruh dunia yang muncul dengan pola gerakannya masing-masing. \”Social entrepreneur sudah menjelma menjadi sebuah gerakan baru didunia,\” terang peraih penghargaan pendidik kewirausahaan dari presiden RI ini.
Selain memaparkan teori dan studi kasus mengenai social entrepreneur, Prof Rhenald Kasali juga mempresentasikan program pemberdayaan masyarakat di pulau buru yang digawangi oleh Rumah Perubahan, sebuah lembaga social entrepreneur yang didirikan sendiri oleh Prof Rhenald Kasali beserta istri di tahun 2007. Rumah Perubahan mengembangkan skema bisnis Integrated Farming yang mencakup peternakan sapi, perkebunan pala dan coklat, serta penyulingan minyak kayu putih. Program ini disampaikan langsung oleh Rhenald Kasali melalui tayangan video dokumenter yang berisikan serangkaian aktifitas Rumah Perubahan di Pulau Buru.
Sementara Masril koto selaku pendiri lembaga keuangan mikro di Sumatera Barat turut berbagi mengenai pengalamannya selama menjadi social entrepreneur. Saat menyampaikan materi pria yang kini mengelola aset petani hingga Rp 250 miliar ini kerap mengocok perut peserta dengan gaya khasnya.
Sesi selanjutnya disampaikan oleh Nony S Purnomo selaku VP Business Development Bluebird. Ia mengisahkan bagaimana perjalanan panjang blue bird dari hanya bermodalkan dua taksi hingga kini memiliki armada mencapai 25000 taksi, dibalik kisah sukses tersebut ternyata tidak hanya profit yang dikejar Blue Bird, namun juga bagaimana mereka menaruh perhatian khusus pada kesejahteraan karyawan. Blue Bird melakukan berbagai kegiatan sosial seperti tabungan haji, beasiswa untuk putra-putri supir Blue Bird, pemberdayaan ekonomi bagi para istri supir, dan program-program sosial lainnya.
Henri Honoris selaku Presdir Modern Grup yang memiliki gerai 7-Eleven ikut berbagi pengalaman bisnisnya dari awal ditolak oleh pemilik lisensi 7-Eleven selama 2,5 tahun hingga akhirnya kini memiliki 73 outlet. Kisah perjuangannya yang tak kenal lelah untuk terus mengirimkan email, proposal hingga contoh layout gerai patut menjadi inspirasi. Henri membuktikan kepada keluarganya bahwa pilihan untuk merubah total bisnis lama yaitu Fuji Film menjadi 7-Eleven merupakan pilihan tepat, ia menyadari hanya dengan berubahlah bisnis keluarganya yang sedang sekarat dan diambang kebangkrutan dapat bangkit kembali. \”Pilihannya berubah atau mati,\” tegasnya.
Keseluruhan seminar ditutup dengan sesi bersama Raditya Dika, seorang penulis novel best seller yang memiliki 2.9 juta followertwitter. Dengan pembawaan yang santai ia menyampaikan berbagai fenomena baru generasi muda masa kini, khususnya kemunculan berbagai platform social media seperti facebook, twitter, plurk, dll yang menjadi ruang sosial baru yang lebih diminati ketimbang media-media lain. Raditya Dika juga turut memberikan beberapa tips penting bagaimana cara efektif dalam ngetwit dan bagaimana rahasia menambah follower, para pengunjung khususnya yang berusia muda tampak serius mengikuti sesi ini.