Di buku Self Driving karya Prof. Rhenald Kasali, human capital yang Anda miliki di dalam sebuah tim – atau lebih besar lagi, dalam sebuah organisasi – bisa dipetakan menggunakan diagram Driver and Passenger. Bagi Anda yang belum familiar, Prof. Rhenald mengkategorikan human capital ke dalam dua kategori jika ditilik berdasarkan leadership. Individu dikataka sebagai Driver ketika ia bisa memimpin timnya menuju visi dan misi yang sudah disepakati bersama. Sedangkan dikatakan Passenger apabila individu tersebut mengikuti arahan dari Driver.
Di buku Self Driving karya Prof. Rhenald Kasali, human capital yang Anda miliki di dalam sebuah tim – atau lebih besar lagi, dalam sebuah organisasi – bisa dipetakan menggunakan diagram Driver and Passenger. Bagi Anda yang belum familiar, Prof. Rhenald mengkategorikan human capital ke dalam dua kategori jika ditilik berdasarkan leadership. Individu dikataka sebagai Driver ketika ia bisa memimpin timnya menuju visi dan misi yang sudah disepakati bersama. Sedangkan dikatakan Passanger apabila individu tersebut mengikuti arahan dari Driver.
Tetapi, Driver dan Passenger juga memiliki spektrum Good dan Bad berdasarkan bagaimana human capital memiliki mindset. Semakin berkembang pola pikirnya (growth mindset), maka ia bisa digolongkan menjadi Good Driver atau Good Passenger. Sebaliknya, jika mindset yang dimiliki masih belum berkembang (fixed mindset), bisa saja ia masuk ke dalam golongan Bad Driver atau Bad Passenger. Apa implikasinya? Jika dalam satu tim ternyata ada yang menjadi Bad Driver atau Bad Passenger, tim akan susah menjadi optimal dan maksimal. Mereka bisa memperlambat laju kinerja dan produktivitas.
Apabila tim Anda sudah terdiri dari orang-orang yang masuk ke dalam kuadaran Good baik Driver atau Passenger, pastikan jangan sampai mereka bergeser masuk ke dalam kuadaran Bad.
Sometimes, We Slip Off
Sebagai pimpinan, Anda pasti memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa target yang sudah disepakati bisa dicapai tepat waktu. Anda akan berusaha bekerja sama dengan tim dengan harapan tim Anda juga bisa bekerja sama dengan Anda. Berada pada satu visi. Tetapi, apakah Anda memerhatikan bagaimana atmosfer di dalam tim? Atau sekadar memastikan bahwa semua pekerjaan akan tuntas selesai pada waktunya?
Nyatanya tidak semudah itu. Di saat Anda tengah berjibaku, mencoba brainstorming dan mencari solusi atas sebuah permasalahan, bisa saja Anda lupa mengajak tim Anda untuk ikut bergabung. Mungkin, Anda nyaman untuk berkomunikasi hanya pada beberapa orang saja tetapi ketika melakukan eksekusi, Anda membutuhkan kerja sama pihak lain. Bisa saja, pihak lain yang Anda butuhkan bisa dihubungi oleh salah satu tim Anda yang belum diajak komunikasi (atau diskusi atau brain storming).
Ada masa dimana ketika target dan tenggat waktu semakin berhimpit, ada Good Passenger di tim Anda yang belum diajak diskusi.
Lost Connection
Dalam bukunya yang berjudul Lost Connections, Johann Hari menuliskan bahwa seseorang bisa merasa “down” ketika ia kehilangan koneksi atau kontak. Tidak terkecuali koneksi dan kontak dari lingkungan sekitarnya. Termasuk, dalam tim yang tengah Anda pimpin.
Meski tanpa sadar, tidak mengikutsertakan individu Good Passenger di tim Anda dalam brainstorming bisa menimbulkan kesan bahwa ia tidak dilibatkan. Tidak ada involvement. Padahal mereka masih berada di tim yang sama dengan Anda.
Kasus yang sering terjadi biasanya berkisar pada tahap aliran informasi. Katakan bahwa Anda memiliki 5 orang anggota. Dalam beberapa minggu ke depan, Anda akan merilis sebuah produk baru. Sayangnya, diantara 5 anggota ini, yang tahu betul-betul detilnya hanya 3 orang saja. Dua orang sisanya hanya mendengar dari pihak lain. Bukan dari Anda selaku pimpinan tim. Maka, jangan heran jika dua orang Good Passenger yang Anda miliki, bergeser menjadi Bad Passenger. Mereka bisa saja merasa tidak dilibatkannya dalam diskusi-diskusis tersebut sebagai langkah “memutus” koneksi ataupun kontak. Perlahan, sangat mungkin mereka membiarkan tim Anda untuk berjuang dengan 3 orang sisanya.
Inclusiveness
Tenang. Anda bisa memperbaikinya sebelum terlambat. Anda bisa mulai dengan mengajaknya diskusi aktif terkait produk yang akan Anda luncurkan. Beri brief sejelas mungkin. Sama seperti yang Anda berikan kepada 3 orang sisanya. Lalu, tanyakan padanya, adakah pendapat dan masukan lain yang bisa dikembangkan. Bermula dari situ, secara perlahan, akan membuat anggota Anda yang awalnya merasa terabaikan, dirangkul kembali.
Memang membutuhkan proses dan usaha lebih agar Good Passenger yang Anda miliki tidak tergelincir menjadi Bad Passenger. Tim Anda boleh saja menjadi yang terdepan dalam inovasi dan pencapaian target, tetapi jangan sampai ada yang tertinggal. No one should left behind.