Terhitung sejak tanggal 2 Agustus 2017, sebanyak 150 pendamping kawasan perdesaan di seluruh Indonesia mengikuti pelatihan pengembangan di Rumah Perubahan. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk membuka wawasan dan mempertajam kemampuan para pendamping kawasan perdesaan.
Acara dibagi menjadi tiga batch dengan masing-masing berisi 50 peserta. Hal tersebut berkaitan dengan efektivitas penyampaian materi. Di hari pertama, seluruh kegiatan berlangsung di dalam ruangan. Mereka masing-masing belajar mengenai cara berkomunikasi yang tepat. Sebab, mengkomunikasikan apa yang ingin dikembangkan kepada para masyarakat di kawasan pedesaan tentu membutuhkan keahlian tersendiri. Disampaikan bahwa semua bahasa yang digunakan, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa daerah, hendaknya tidak terlalu rumit untuk dipahami. Oleh karena itu, dibutuhkan kesederhanaan dalam berkomunikasi yang diawali dengan penyederhanaan pola pikir. Hal tersebut bukan berarti menghilangkan esensi dari pesannya, namun meramunya ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami oleh komunikan.
Selain mengenai komunikasi yang sangat krusial tersebut, para peserta juga diberikan pemahaman dan wawasan mengenai social development project. Yakni bagaimana membuat rencana pelaksanaan proyek yang lebih efektif dan efisien. Sama seperti kelas komunikasi, setiap peserta tidak hanya sekedar duduk diam di kelas. Melainkan harus aktif dalam diskusi serta diberikannya simulasi untuk memudahkan mereka untuk praktik di lapangan.
Dan pada sesi ketiga, peserta dilatih untuk menjadi seorang leader dalam pelaksanaan proyek-proyek yang ingin direalisasikan oleh para pendamping kawasan perdesaan tersebut. Mereka diajak menggali kemampuan pribadi, memahami bahwa sebenarnya mereka bisa menjadi seorang yang good driver. Membawa pengaruh positif dan mengajak masyarakat kawasan perdesaan untuk lebih giat membangun desanya.
Sesi bersama Prof. Rhenald Kasali didapatkan di hari kedua. Menggunakan gedung Galea Belangi, seluruh peserta mendengarkan dengan seksama pemaparan dari Guru Besar Universitas Indonesia tersebut mengenai pengembangan wilayah perdesaan dan mengajak mereka berpikir lebih dari sekedar melakukan hal-hal yang bersifat rutinitas. Sesi pun dilanjutkan dengan sharing bersama Masril Koto, sosok dibalik Bank Tani yang sudah tersebar di banyak wilayah di Indonesia.
Pemantapan materi yang sudah didapatkan sejak hari pertama plus dengan sharing session adalah modal untuk melakukan field research. Semua peserta diharuskan untuk terjun langsung ke lapangan. Mereka dibagi menjadi 3 kelompok besar dan menuju 3 kelurahan berbeda yang berada di sekitar area Rumah Perubahan. Di sana, mereka akan memeperdalam permasalahan yang ada di kelurahan tersebut dan mendiskusikan kemungkinan penyelesaiannya begitu tiba di Rumah Perubahan.
Dari semua gagasan tentang penyelesaian permasalahan yang mereka diskusikan, nantinya akan dibahas bersama dan mana yang bisa mereka aplikasikan kembali di kawasan perdesaan yang mereka dampingi.
Pelatihan pengembangan tersebut ditutup dengan awarding kelompok terbaik serta pembagian sertifikat kepada seluruh peserta.
Videonya juga bisa Anda tonton di sini.