Play to Win, So You Won\’t Be A Mediocre

Mari kita mulai dengan kisah-kisah orang sukses yang mungkin tidak asing lagi di telinga Anda. Hasil karyanya juga sangat akrab di keseharian kita.

Bicara soal kisah orang sukses, kisah jatuh bangun Jack Ma membangun Alibaba dapat dijadikan inspirasi tersendiri. Pada tahun 2018 yang lalu, Forbes mencatat kekayaan Jack Ma sebesar USD41,4 miliar atau setara dengan Rp578 triliun. Kekayaan tersebut diraihnya melewati perjuangan panjang pada dekade 1990an, ketika dia merintis Alibaba.

Jack Ma yang lahir dari keluarga seniman kelas menengah ke bawah, tidak menghentikan langkahnya untuk bermimpi tinggi dan pantang menyerah untuk meraihnya. Ia memiliki mimpi untuk mengenyam pendidikan di Harvard University. Namun pada percobaan yang ke-10 kalinya, ia mengalami penolakan. Begitu pula ketika KFC mulai masuk ke China. Ia adalah satu-satunya orang yang ditolak dari 23 pelamar lainnya untuk menjadi pegawai. Tapi lihatlah sekarang. Jack Ma ikut besar dengan Alibaba-nya.

Jatuh bangun dalam berusaha juga dialami Achmad Zaki dalam membangun Bukalapak. Zaki memulai bisnis ini bersama 2 orang rekannya. Berangkat dari keinginan agar bermanfaat bagi banyak orang, ia memilih untuk mendirikan perusahaan sendiri ketimbang bekerja di perusahaan besar. Dalam upaya merintis Bukalapak, ia juga menemui banyak batu sandungan. Mulai dari yang ditolak oleh para pedagang, ditolak oleh UKM, hingga mengedukasi orang-orang agar percaya dengan keamanan bertransaksi secara online. Kerap kali ia harus merogoh kantong sendiri untuk biaya operasional Bukalapak. Namun kini Bukalapak mendapatkan pendanaan dari beberapa investor dan telah menjadi 1 dari 4 unicorn asal Indonesia pada tahun 2017.

Mereka adalah orang yang “sukses”, tapi apakah “sukses” dan “berhasil” hanya diukur melalui “piala” yang berhasil didapatkan?

Terperangkap “Play to Not Lose”

Baik Jack Ma dan Achmad Zaki memiliki kegigihan dalam berusaha. Berhasil dikenal dunia dan mendulang keuntungan hanyalah bonus. Perlu dipahami, mereka tidak sekadar masuk ke dalam arena. Inilah yang membedakan mereka dengan seorang mediocre.

Banyak mediocre saat ini terperangkap dalam skema “play to not lose” (bermain sekedar tidak untuk kalah) bukan pada skema “play to win” (bermain untuk menang).

Lantas, apakah sama saja dari tidak menang dengan tidak kalah? Keduanya berbeda.

Orang yang menjalankan skema “play to win” adalah orang yang memegang kendali atas dirinya dan memiliki tujuan yang jelas. Sedangkan orang yang menjalankan skema “play to not lose” adalah orang yang tidak disiplin namun memiliki ambisi yang besar.

Contoh sederhananya ialah ketika seseorang bergabung dalam sebuah tim untuk mengerjakan proyek. Dia memiliki pilihan untuk “play to not lose” atau “play to win.” Apakah ingin sekadar mengerjakan job description-nya agar tidak kena tegur (namun menginginkan proyeknya sukses besar) atau memaksimalkan potensinya agar proyek bisa berhasil, bahkan melebihi ekspektasi awal.

Skema “play to not lose” seringkali membuat seseorang hanya ingin bermain aman. Mereka mengabaikan peluang yang ada di depannya. Tetapi menginginkan hasil yang optimal. Berbeda dengan skema “play to win” dimana seseorang berani mengambil risiko dan mengeksplorasi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang luar biasa.

Hati-hati, jangan sampai kita masuk ke arena menggunakan skema \”play to not lose.\”

\"Vebby

Sebarkan!!

2 thoughts on “Play to Win, So You Won\’t Be A Mediocre”

  1. Pingback: Menjadi Winner, Menjadi Individu dengan "Play to Win" - Rumah Perubahan | Rumah Perubahan

  2. Pingback: Know Yourself Better: Winner or Loser - Rumah Perubahan | Rumah Perubahan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *