Tidak bisa dimungkiri, saat ini kita mulai menghadapi krisis energi yang memaksa manusia untuk segera mencari alternatif sumber energi lain. Tantangannya adalah mendapatkan sumber energi alternatif yang dapat diproduksi dalam jumlah besar dengan harga terjangkau.
Pilihannya jatuh kepada biogas, yaitu teknologi pembentukan energi dengan memanfaatkan limbah, seperti limbah peternakan, pertanian, dan manusia. Biogas diketahui merupakan salah satu sumber energi alternatif yang murah dan mudah diproduksi.
Rumah Perubahan pun tak mau ketinggalan menggunakan energi alternatif dari biogas. Sejak Desember 2012, Rumah Perubahan telah memanfaatkan biogas di kawasan Integrated Farming. Dengan bantuan PT Indocement Tbk., dibangun dua buah digester yang masing-masing berkapasitas 7 m3. Setelah melewati proses anaerob, kotoran dari 10 ekor sapi dapat menghasilkan biogas yang digunakan untuk penerangan di kawasan Integrated Farming dan memasak kedelai di Rumah Tempe.
Tak hanya itu, Rumah Perubahan juga menerapkan teknologi pembuatan biogas ini di Pulau Buru, Maluku, bekerja sama dengan BNI. Dari 150 ekor sapi yang terbagi dalam tiga kandang, akan diproduksi biogas yang nantinya digunakan untuk kebutuhan energi di kawasan integrated farming Pulau Buru. Kawasan ini meliputi perkebunan tanaman produktif cokelat, pala, dan mahoni, serta destilasi minyak kayu putih yang mesinnya digerakkan dengan biogas tersebut.
Saat ini Rumah Perubahan masih terus mengembangkan teknologi biogas dan secara aktif mempromosikan serta mengampanyekan biogas kepada tamu-tamu dan peserta training yang datang ke Rumah Perubahan. Melalui kegiatan ini, Rumah Perubahan berharap agar teknologi biogas segerap dapat dimanfaatkan oleh lebih banyak orang di berbagai tempat. Perubahan harus dimulai saat ini dan dari diri sendiri. Salam perubahan!
Rumah Perubahan