Pada tanggal 27 Maret 2012, diadakan seminar tentang manajemen perubahan dengan mengundang Rhenald Kasali sebagai pembicara. Acara yang diadakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan tersebut dilaksanakan di Aula Padang Soedirdjo, Pusdiklat Bea dan Cukai. Pada seminar kali ini dihadiri juga oleh kepala BPPK, Kamil Sjoeib, dan Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai, Endang Tata.
Acara dimulai pukul 09.00 WIB dengan jumlah peserta sekitar 60 orang. Pada sambutannya, Kamil Sjoeib menegaskan pentingnya perubahan dalam menjalankan reformasi birokrasi. Apalagi reformasi birokrasi pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. Dengan semakin majunya zaman, maka badan pendidikan juga harus menyesuaikan diri agar tidak ketinggalan.
Setelah sambutan, barulah disampaikan materi tentang manajemen perubahan oleh Rhenald Kasali. Perubahan hanya bisa dicapai bagi orang-orang ang memiliki visi dan power untuk mencapainya. Ketika perubahan merupakan jurang pemisah antara future dan present, maka peran power dan vision sangat menentukan dengan kombinasi keduanya akan terbangun jembatan perubahan yang akan menyeberangkan power dan vision tadi. Dan setelah menyeberang pun, power dan vision akan terus maju ke depan. Bagaimana dengan orang-orang yang pesimis maupun pragmatis? Orang-orang ini tetap akan menyeberang menuju future melalui jembatan perubahan namun mereka tidak akan berkembang lebih jauh. Mereka masih tetap diam dalam perubahan dan masih membawa pemikiran lama.
Ketika berbicara tentang perubahan, maka ada yang namanya resist of change. Hal inilah yang terus akan menghambat terjadinya perubahan atau memperlambat laju perubahan tersebut. Diantaranya yakni untuk menuju perubahan maka akan menemui beberapa kerumitan. Sama halnya dengan mendaki gunung, banyak sekali medan yang harus dilewati dan membutuhkan waktu untuk mencapainya. Hal inilah menjadi pendorong orang-orang untuk berubah.
Faktor kedua yang menghambat seseorang untuk berubah yakni adanya ketakutan dalam dirinya. Karena ia sudah terbiasa melakukan rutinitas yang itu-itu saja. Ditambah lagi bahwa ia telah nyaman berada pada comfort zone yang telah diciptakannya. Ditambah lagi adanya perhitungan untung ruginya jika menjalani perubahan. Banyak orang tidak melakukan perubahan karena memikirkan untung rugi jika ia berubah. Dan cenderung hanya memikirkan keuntungandengan tidak berubah tanpa memikirkan kerugiannya.
Hal selanjutnya yakni karena tidak adanya change agent. Padahal change agent sangat penting untuk menuju perubahan. Bayangkan jika dalam suatu komplek terjadi pemadaman listrik. Maka masing-masing penghuni komplek tidak akan protes. Wong sama-sama mati kok. Dan lebih cenderung mengandalkan orang lain yang akan melaporkan pemadaman lampu tersebut. Change agent tidak perlu banyak orang. Karena dengan sedikit orang namun orang tersebut mampu menggerakkan orang lainnya untuk bertindak, itulah yang dinamakan change agent.
Hal terakhir yakni tidak ada leadership. Cenderung memiliki jiwa manajer yang patuh pada tupoksi. Hal ini juga menjadikan perubahan pada diri seseorang terhambat. Hal-hal di atas mestinya dihindari untuk bisa menuju perubahan yang lebih baik.
Perubahan belum tentu membawa kemajuan tapitanpa perubahan tidak akan ada pembaharuan. Maka untuk berubah diperlukan tiga tahapan yang orang-orang mungkin bisa terhenti pada tiap tahapnya. Tahap pertama yaitu melihat. Dengan melihat maka kita dapat mengetahui bagian mana yang harus dirubah. Melihat disini lebih diartikan mempunyai visi ke depannya. Untuk berubah perlu adanya from… to… Dari hal-hal sekarang menuju hal-hal baru di masa depan.
Setelah melihat, perlu bergerak. Bergerak secara konsisten mewujudkan perubahan tersebut. Walaupun dalam pergerakan tersebut banyak hambatan, tapi tetap harus bergerak. Jangan sampai tidak bergerak dan hanya menunggu orang lain yang melakukan perubahan. Tanpa bergerak maka tidak bisa mencapai perubahan.
Dan setelah bergerak, untuk mencapai perubahan dengan menyelesaikannya. Tidak menyelesaikan apa yang dimulai akan membuat perubahan tidak terjadi. Menuju perubahan ibarat mengendarai mobil saat melalui tanjakan. Akan terasa berat bila kecepatan yang digukanak adalah kecepatan normal. Perlu ada kecepatan tambahan untuk berhasil menaiki tanjakan. Dan perlu menyelesaikan tanjakan itu.
Itulah beberapa hal yang diutaraka Rhenald Kasali dalam seminar tersebut. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Insanity: doing the same thing over and over again and expecting different result. Mari berubah
http://sosbud.kompasiana.com/2012/03/27/manajemen-perubahan-rhenald-kasali/
luar biasa