Surfice Dog – Sindo 10 November 2011

Di akhir tahun ini,  perhatian para eksekutif banyak tertuju pada  seekor anjing golden retriever yang dirawat oleh  pelatihnya, Judy Fridono.   Ia menjadi perhatian, bukan karena harganya atau karena orang berebut ingin  memilikinya, melainkan karena ceritanya.  Para eksekutif menaruh  perhatian setelah mengetahui  kehidupan hewan peliharaan ini mampu mengubah cara berpikir manusia dalam menghadapi masa-masa sulit.

Saya sengaja memilih topik tentang anjing penuh cinta yang kaya cerita ini untuk mengantarkan Anda menghadapi tahun 2012 yang jauh lebih menantang bila dibandingkan dengan situasi yang Anda hadapi di tahun ini. Seperti kata pepatah — kita tak mungkin mendapat hasil yang lebih baik dengan cara yang sama berulang-ulang — maka kitapun pelu mempersiapkan team yang jauh lebih tangguh, yang siap berubah.

Beginilah ceritanya.

 

Service Dog Yang Gagal

Anjing kecil yang lahir 25 Januari 2008 ini diberi nama Ricochet atau sebut saja Ricky.  Meski bernama laki-laki, ia sebenarnya anjing betina.  Dan sejak lahir, Ricky sudah mengikuti program yang akan membawanya menjadi service dog, yaitu anjing penuntun orang cacat, khususnya kaum tunanetra.

Dari videonya yang saya pelajari, Ricky sudah diprogram sejak matanya belum terbuka.  Ia dilatih mengikuti inderanya. Badannya bergerak mengikuti stimulus yang diberikan pelatih, dan setiap kali menjalankan tugas, ia diberi usapan kasih sayang yang membuat hidupnya penuh kehangatan.

Pet yang cerdas ini dengan cepat menangkap segala  latihan yang diberikan kepadanya.  Mengambil payung, membuka pintu, membunyikan bel, menyalakan lampu rumah, membuka kulkas, mengambil makanan, menuntun majikannya melakukan perjalanan  rutin dan seterusnya.  Pokoknya ia hewan yang cerdik dan siap dilepas.

Masalahnya, di usianya yang ke satu setengah tahun, Ricochet diketahui memiliki kegemaran yang membahayakan tunanetra, yaitu suka mengejar burung.  Tak peduli tugas apapun yang sedang dijalankan ia pasti berlari mengejar kumpulan burung yang ada di dekatnya, lalu menghalaunya.   Bayangkan apa jadinya kalau ia sedang bertugas mengantar majikan menyeberang jalan, tiba-tiba ada seekor burung di jalan raya yang sedang ramai.  Tentu berbahaya.

Menurut Judy Fridono, keadaan ini memaksanya untuk mengeluarkan Ricochet dari programnya. Dengan berat hati ia mulai menghentikan latihan dan bersiap-siap melepas Ricky dan melatih anjing lain yang baru lahir.  Namun menjelang pelepasan ia berpikir kembali.  \”Mengapa harus fokus pada kelemahannya?  Bukankah kita semua mahluk hidup memiliki kelemahan?.\”

Fokus Pada Kekuatan

Bagi Anda yang pernah terlibat dalam program transformasi, pasti masih ingat pesan yang sering saya sampaikan, jangan berfokus pada kekurangan atau kelemahan pada team Anda.  Dan itu pulalah yang diyakini oleh pelatih Ricochet.  Daripada berfokus pada kelemahan anjingnya, ia pun berfokus pada apa yang bisa dilakukan dan menjadi kekuatan Ricky.

Kekuatan itu pasti ada dan tugas setiap coach adalah menemukan elemen-elemen kekuatan itu. Saya tak tahu persis apa yang menjadi kekuatan Anda, karena sebagai atasan kita hanya menyiapkan Anda – membuat program untuk Anda- sesuai dengan kebutuhan kita, kebutuhan organisasi.   Kita melatih seseorang untuk kebutuhan kita, bukan untuk kebutuhan mereka.

Bahkan sepanjang kita melakukan pekerjaan rutin seringkali kita tidak berpikir tentang kekuatan-kekuatan itu.  Kita hanya terpaku pada job description, yaitu deskripsi tugas dari job yang kita dapatkan saat rekrutmen.  Sekali seseorang berada di sana – sepanjang ia tak membuat ulah – ia akan terkunci di situ sekian tahun, lalu ia dipindahkan ke tempat lain sesuai keperluan organisasi.  Kita jarang sekali menaruh  pada kekuatan-kekuatan personal, selain kekuatan-kekuatan massal yang kita dapatkan dari berbagai alat ukur.

Lalu para eksekutif terbiasa mengembangkan program bukan berdasarkan kekuatan yang dapat dikontribusikan anak buahnya, melainkan pada kebutuhan organisasi.  Dan hasilnya tentu bisa diduga, ada sebagian orang yang tidak bisa mengikutinya.  Apalah jadinya kalau Albert Einstein dipaksa ikut kursus menyanyi oleh orangtuanya, atau bila Picasso diwajibkan ikut program fisika?
Kembali ke program yang dicanangkan untuk Ricochet, saat kesedihan datang, Judy Fritono justru menemukan satu kekuatan yang tidak pernah ia eksplorasi, yaitu kemampuan melakukan keseimbangan di atas papan selancar.  Ia menemukannya saat Ricochet dilatih di atas sebuah kolam kecil. Ia dengan lincah melakukan counter balance.

Maka menurut pelatihnya,  \”rather than focus on what she couldn\’t do, I focused on what she could do, which was surfing.\” Judy fokus di sana dan menjadikan Ricochet surfing dog, yaitu anjing yang melakukan surfing di atas gelombang ombak di bibir pantai.  Ternyata ia memiliki kehebatan dan keseimbangan yang luar biasa.

Kabar itu segera menyebar ke berbagai penjuru.  Dalam hitungan bulan permintaan sudah datang dan seorang anak yang mengalami cidera tak bisa berjalan minta. Ia diminta diajak tandem berselancar dengan Ricochet.  Permintaan dikabulkan, mereka tandem sungguhan, bahkan event itu digunakan untuk melakukan fundraising.  Mereka berhasil menangguk donasi di atas 10,000 dolar plus terapi selama tiga tahun.

Video ini saya putar berkali-kali dihadapan para peserta program transformasi, dan mereka semua mngatakan ini adalah video terindah yang pernah mereka lihat, yaitu video yang menggugah mereka untuk berubah. Berfokuslah pada kekuatan, maka Anda akan mendapatkan kehebatan. Selamat mempersiapkan tahun yang lebih menantang.

Rhenald Kasali

Guru Besar Universitas Indonesia

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/442594/34/

Sebarkan!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *