Saat ini, dalam connected society terjadi shifting. Dari kekuatan industri yang melahirkan penguasaan aset, perekonomian beralih ke kerumunan (crowd) besar.
Seperti yang kita bahas sebelumnya, barang-barang modal kini tersebar luas di masing-masing rumah tangga dan masih diperlakukan sebagai barang konsumsi, kecil-kecil. Namun jika bisa dipersatukan, ia bisa menjadi kegiatan ekonomi yang produktif dan bisa melahirkan unicorn. Sebuah sosok yang langka yang sulit ditemui, tetapi ada. Ini adalah sebutan bagi platform yang nilai valuasinya telah menyentuh USD1 miliar.
Tentu Anda bisa memandang kapitalisme baru ini dari dua perspektif: dari atas, lahir penguasa-penguasa ekonomi besar tadi, yang kita sebut unicorn. Namun di bawahnya, sebelum sampai ke partisipan, ada rombongan besar superpartisipan yang berkerumun di dalam crowd tadi.
Kerumunan itu oleh sebagian disebut sebagai kapitalisme rakyat atau kapitalisme kerumunan. Yaitu, rakyat (konsumen) yang bersekutu membentuk sebuah kerumunan besar dalam mengejar keuntungan melalui kegiatan yang inklusif. A crowd-based capitalism.
Bukan sekadar menjadi unicorn-nya, melainkan menjadi kumpulan ekosistem yang membentuk atau menjadi bagian dari masing-masing unicorn. Mereka inilah para wirausaha baru yang mulai memupuk modal-modal kecil dari apa yang mereka konsumsi. Mungkin pada masa puncaknya kelak, mereka bisa mencapai 40 hingga 50 persen dari total produksi nasional. Namun, ini membutuhkan kebijakan publik yang tepat.
Bayangkan pula apa jadinya ketika peradaban \”kantor\” yang kita kenal pada zaman ini berakhir dan sebagian besar orang bekerja independen menjadi \”bos\” dari masing-masing alat produksi yang dimilikinya.
Bayangkan, lajunya pengusaha-pengusaha baru yang tidak membutuhkan modal yang besar, sebagaimana biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha pada masa lalu yang harus menjadi penguasa aset (gedung, tanah, pabrik, dan burh). Mereka, para pengusaha baru ini hanya perlu mengorkestrasinya.
Itulah crowd-based capitalism yang diprediksi akan menggantikan individual capitalism yang kita kenal selama ini.
Unicorn ini memang sedikit, tetapi mereka mewadahi jutaan usahawan kerumunan tadi yang bisnisnya amat beragam. Di sini, tentu manusia akan menghadapi tantangan-tantangan baru, yaitu keseimbangan antara unicorn dan ekosistemnya.
(Dikutip dari buku Prof. Rhenald Kasali, MO: Sebuah Dunia Baru yang Membuat Banyak Orang Gagal Paham)