3 Cara Ini Menghindari Microaggression di Tim Anda

Dalam salah satu TED Talk-nya, Melinda Epler menjelaskan betapa penting memiliki empati dalam sebuah budaya perusahaan. Atau lebih kecil lagi: di dalam tim. Melinda menceritakan bagaimana pengalamannya bekerja di salah satu perusahaan impiannya menjadi suatu mimpi buruk.

Ia bertutur, ketika pertama kali melakukan presentasi di kantornya, ia menyadari bahwa setiap orang di ruangan tengah asik dengan kesibukannya masing-masing. Ada yang asik dengan ponselnya, ada pula yang tengah menatap laptopnya.  Tidak ada yang memperhatikan idenya.

Disitulah Melinda Epler merasa bahwa budaya perusahaan tersebut belum sepenuhnya sehat. Melinda merasakan apa yang kemudian disebut microaggression, sebuah terminologi yang menggambarkan adanya tindakan negatif baik itu verbal, behavioral, hingga environmental dengan tujuan untuk merendahkan hingga menjatuhkan individu atau pihak tertentu.

Apa yang dialami oleh Melinda Epler di lingkungan kerjanya sangat mungkin juga terjadi di lingkungan kerja sekeliling kita. Ketika anggota tim atau tim Anda merasa bahwa ia diserang secara microaggression, maka ada kemungkinan tim Anda tidak produktif secara optimal.

Lalu, apa yang bisa dilakukan agar tim Anda terhindar dari tindakan microaggression?

Menciptakan lingkungan kerja inklusif

Memiliki anggota tim yang berasal dari latar belakang yang berbeda membuat tim Anda semakin kaya dengan sudut pandang serta wawasan. Perbedaan-perbedaan tersebut sebaiknya dirayakan dan dijadikan motivasi dalam berkarya secara optimal (selengkapnya di laman kami).

Bantu tim Anda menemukan Meaning Quotient

Microaggression bisa saja terjadi karena rasa ketidakpuasaan tim Anda dalam pekerjaannya. Bisa saja itu berupa materi atau non-materi. Jika Anda adalah pemimpin dalam tim itu, ada baiknya Anda menjadi mentor. Mendengarkan dan ikut membantu mengarahkan bisa membuat tim Anda lebih memahami meaning quotient-nya dalam lingkungan kerja.

Ajak mengalami hal baru di luar zona nyaman

Anda bisa mengajak tim Anda untuk melakukan simulasi atau role play sehingga mereka memahami bagaimana rasanya berada di posisi orang lain. Mengajak mereka keluar dari zona nyaman bisa membawa pemahaman kepada anggota tim Anda bahwa ada banyak hal baru yang bisa dieksplor selain melakukan microaggression. Ada beragam simulasi yang bisa dilakukan oleh tim Anda. Misalnya dengan mengikuti People Development Program yang diselenggarakan oleh Rumah Perubahan.

\"Hestia

Sebarkan!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *