Kita sudah melewati saat-saat yang berat, melompati gelombang diskontinuitas yang mengakibatkan banyak hal yang dulu kita agung-agungkan kini menjadi usang dan mulai ditinggalkan. Kata orang, “sudah bukan zamannya lagi.”
Pemain baru (new player) mulai berdatangan dan menggagas cara baru dengan membentuk platform. Dari peradaban industri ke peradaban digital. Dari perusahaan menjadi platform. Itulah saat ketika segala sesuatu yang lama — apakah itu produk, merek, maupun cara bekerja — beguguran.
Satu per satu mengalami kemunduran. Sementara segala yang baru belum menunjukkan hasil dan memberi return yang memadai. Segalanya serba tidak stabil, chaos. Namun, perlahan kita mulai menyaksikan salah satu dari pendatang baru itu meraih posisi dominan.
Perhatikanlah, saat ini sebagian besar kehidupan sudah berpindah. Ia pun tak akan kembali lagi dalam waktu dekat kendati perjalanan menuju dunia yang baru itu banyak musuhnya. Jeff Bezos (Amazon) dan Elon Musk (Tesla) dituduh “membakar uang” saat perusahaannya tak kunjung untung. Amazon merugi selama dua puluh tahun ditambah pada tahun 2018 harga sahamnya kembali anjlok dan dilaporkan merugi USD 53 miliar akibat kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump yang terkesan menghadang proses digital shifting . (Popina, E., & Leach, K., Bloomberg.com, 29 Maret 2018).
Dunia sedang menyaksikan munculnya keseimbangan baru. Mereka belajar dan berubah, berevolusi dari waktu ke waktu sampai mendapatkan bentuk platform yang membawa mereka ke hari ini. Platform berbeda dengan “perusahaan” yang kita kenal. Ia tak dijalankan dalam satu runtutan mata rantai (value chain), melainkan sebuah pendekatan baru. Elon Musk keluar dari “perangkap produk” mobil listrik. Jeff Bezos keluar dari “perangkap produk” toko buku. Mereka kini berjaya memelopori perpindahan kehidupan sebagai platform.
Bagaimana dengan perusahaan Anda?
Disadur dari: The Great Shifting karya Rhenald Kasali