3 Strategi Menghadapi Era Disrupsi

Sudahkah Anda membaca buku terbaru Prof. Rhenald Kasali, yang berjudul “Disruption: Melawan Musuh-Musuh Tak Kelihatan Dalam Peradaban Uber”? Buku tersebut layaknya sebuah gerbang untuk mengenali bagaimana keadaan sekarang yang penuh dengan perubahan. Tidak lagi sekadar berubah, melainkan langsung menggeser atau menggantikan yang sudah berdiri sebelumnya dalam waktu yang cepat.

Apabila Anda juga mengikuti artikel Prof. Rhenald Kasali di berbagai media massa (baik cetak ataupun online)Anda akan menyadari kalau tanda-tanda perubahan tersebut sudah terbaca sejak beberapa tahun lalu. Cerita-cerita sukses para pendiri Google mulanya menjadi pemantik. Disusul pula dengan gaung start up yang semakin lama menjadi primadona di mata anak muda. Termasuk di Indonesia.

Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dan dalam waktu singkat tersebut memang mengejutkan beragam pihak. Ada yang senang dan ada yang juga merasa terancam. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang sebaiknya dilakukan? Berikut rangkuman jawabannya:

Jangan Nyaman Menjadi “Pemenang”

Organisasi yang sudah lama berdiri, merasa bahwa dirinya tidak perlu lagi membuat banyak inovasi. Perasaan aman yang muncul tersebut dikarenakan oleh asumsi bahwa pelanggannya akan terus menerus loyal. Padahal pada kenyataannya, pergeseran segmen konsumen (dari yang sebelumnya Generasi X menjadi Millennials) memerlukan pengembangan dari berbagai aspek. Termasuk layanan.

Jangan Takut Mengkanibalisasi Produk Sendiri

Belajar dari kasus kebangkrutan Kodak, sebuah organisasi hendaknya selalu melakukan inovasi-inovasi. Termasuk berani menjadi kanibal untuk produknya sendiri. Hal tersebut merupakan salah satu langkah proaktif sebelum pihak lain yang melakukan. Dalam kasus Kodak, mereka merasa bahwa keahliannya dalam penyedia negatif film tidak akan tergerus oleh teknologi. Padahal sebaliknya, kehadiran kamera digital malah membuat Kodak harus gulung tikar.

Membentuk Ulang atau Menciptakan yang Baru

Di era disrupsi, Anda masih memiliki pilihan. Apakah Anda ingin melakukan reshape (membentuk kembali) atau create (mencipta). Anda pun juga memiliki pilihan untuk melakukan keduanya. Ketika Anda memutuskan untuk reshape, maka Anda bisa melakukan inovasi dari produk atau layanan yang sudah Anda miliki. Sedangkan jika Anda ingin membuat yang baru, Anda harus berani memiliki imovasi yang sesuai dengan kebiasaan konsumen. Memang terdengar klise, namun apabila Anda dapat “membaca” situasi dengan baik kemudian melihat peluang yang ada, maka Anda pun bisa bertahan di era disrupsi.

Strategi-strategi yang harus dilakukan ketika banyaknya “musuh-musuh” yang tidak terlihat ini bisa Anda dapatkan dalam buku Disruption. Semakin cepat buku tersebut sampai di tangan Anda, semakin cepat pula Anda bergerak lincah menghadapi masa depan.

Informasi pemesanan, silakan menghubungi info@rumahperubahan.com

Sebarkan!!

1 thought on “3 Strategi Menghadapi Era Disrupsi”

  1. Buku yg membuatsemua pelajar dan pelaku usaha, was2 dan menjadikan kita lebih berusaha keras mengembangkan diri menghadapi perubahan2 yang menyambut kita,dimana perubahan itu akan menginjak2 kita atau malah akan membuat kita semakin mempunyai kualitas hidup yg baik.terima kasih pak rhenal telah berkenan memberikan kebaikannya kepada semua orang dengan diluncurkannya buku ini

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *