Pernahkah Anda memperhatikan? Di antara rekan-rekan kerja atau anak buah Anda, beberapa melakukan pekerjaan mereka secara regular (biasa-biasa saja), sebagian lagi ada yang bekerja di bawah ekspektasi (under-performed), dan sebagiannya lagi ada yang bekerja dengan hasil yang luar biasa (outstanding). Beberapa ada yang bekerja begitu antusias, beberapa lainnya seperti kehilangan semangat hidup. Ada yang bekerja “pas-pasan”, ada yang terus melakukan inovasi. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Dan bisakah Anda mengubah kondisi tersebut? Apabila Anda adalah Team Leader atau HR di tempat Anda bekerja, apa yang akan Anda lakukan?
Dunia telah membuktikan, hal-hal hebat selalu digerakkan oleh orang-orang yang antusias. Yaitu mereka yang passionate, push to the limit, dan pada akhirnya menghasilkan hal-hal hebat di dalam aktivitas mereka. Mengapa mereka bisa demikian? Karena mereka mengalami “Peak-Performance Momentum”. Bagi seorang musisi, momentum ini disebut dengan istilah “In the groove”, bagi seorang atlit, namanya “In the zone”. Momentum inilah yang membuat mereka merasa begitu bersemangat dan begitu lincah ketika melakukan aktivitas. Pertanyaannya, bisakah anak buah/rekan kerja Anda mengalami momentum yang serupa? Apa yang membuat mereka menemukan ”Peak-Performance Momentum” tsb?
Meaning Quotient
Setelah dilakukan penelitian, jika selama ini kita mengenal IQ dan EQ, ternyata ada quotient yang ke-tiga dan rupanya paling mendorong peak performance pada seseorang, yaitu MQ: Meaning Quotient.
Meaning Quotient adalah mental-state ketika seseorang merasa excited, tertantang, merasa berarti bagi orang lain, dan hal-hal lain yang menurut mereka penting untuk dilakukan. Secara sederhana, mereka menemukan \”Meaning\” di dalam aktivitas mereka, sehingga pada akhirnya, mereka selalu terpacu untuk melakukan yang terbaik (peak performance).
Ketika suatu instansi/perusahaan memiliki orang-orang yang MQ-nya rendah, maka orang-orang di dalamnya hanya akan mengerjakan pekerjaan mereka sesuai imbalan yang mereka dapatkan setiap bulan. Mereka tidak sabar menunggu jam kerja berakhir dan tidak sabar untuk berakhir pekan. Hari-hari kerja terasa stressful dan penuh tekanan. Mengapa? karena mereka merasa apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan meaning mereka masing-masing. Sehingga mereka cenderung melakukan pekerjaan mereka dengan terpaksa. Sebaliknya, orang-orang yang punya Meaning Quotient yang tinggi terhadap pekerjaannya akan melihat pekerjaannya sebagai “panggilan hati”, bukan hanya sebatas “a job”. Mereka melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati, sehingga apapun tantangannya, mereka melakukannya dengan bahagia.
Lalu, apakah kita bisa mendorong orang-orang di perusahaan kita agar mendapatkan MQ yang tinggi? Penelitian dari McKinsey (Januari 2013) menuliskan bahwa Meaning Quotient BISA ditingkatkan dalam lingkungan kerja. Kuncinya ada pada Anda sebagai Leader. Bagaimana caranya? beberapa poin di bawah ini dapat membantu Anda untuk mendorong tim Anda menemukan Meaning di dalam pekerjaannya.
Ceritakan story yang sesuai “Meaning Spot” mereka
Jika Anda merasa bahwa membantu anak-anak tuna rungu belajar itu berarti, belum tentu orang lain merasakan hal yang sama. Suatu hal yang berarti bagi seseorang belum tentu berarti bagi orang lain. Suatu hal yang bisa menggerakkan Anda, belum tentu bisa menggerakkan orang lain. Tapi yang pasti, selalu ada hal yang membuat seseorang bisa tergerak. Setiap orang memiliki definisi tentang “Meaning” mereka masing-masing. Inilah yang dinamakan “Meaning Spot”. Dan setiap orang, punya Meaning Spot yang berbeda.
Kebanyakan pimpinan dalam suatu organisasi/perusahaan hanya menceritakan “good-to-great” story. Biasanya akan terdengar seperti ini: “Dengan segala aset dan dengan kekuatan yang kita punya, kita bisa berjaya dengan menjadi perusahaan terbaik nomor satu di Asia! Lebih dari pesaing-pesaing kita yang lain”. Orang yang meaning spot-nya menganggap kesuksesan perusahaan itu penting, tentu akan merasa tergugah. Tapi bagaimana dengan sisanya? Faktanya, hanya sekitar kurang dari 20% yang merasa tergerak. Sisanya hanya menganggap angin lalu. Mengapa? Karena cerita yang disampaikan hanya company-centered. Sehingga hanya yang loyal terhadap perusahaan sajalah yang akan tergerak untuk melakukan perbaikan.
Riset dari McKinsey memperlihatkan, ada 4 stories yang bisa Anda gunakan untuk menyentuh meaning spot setiap orang di dalam tim Anda. Sehingga semuanya bisa tergugah:
1. Society story– Ceritakan bahwa apa yang perusahaan Anda lakukan dapat membantu dan memberikan dampak positif terhadap masyarakat.
2. The Customer story– Ceritakan bahwa produk yang Anda buat bersama tim Anda akan memudahkan kehidupan customer Anda sehari-hari.
3. The Working Team Story– Yakinkan tim Anda untuk berusaha menjadi tim yang terbaik dari yang terbaik (sense of belonging)
4. The Personal story– Tunjukkan apa dampak aktivitas pekerjaan mereka terhadap improvement pada diri mereka secara personal; seperti skill yang meningkat, pengembangan diri, exposure pengalaman baru, bonus yang lebih tinggi, promosi jabatan, dsb.
Dengan menceritakan 4 macam story yang berbeda seperti di atas, kemungkinan Anda untuk menyentuh Meaning Spot mereka menjadi jauh lebih besar. Dan apabila mereka telah menemukan Meaning Spot¬-nya masing-masing, maka besar kemungkinan, Anda akan memiliki tim yang mengalami Peak-Performance Momentum dalam aktivitas mereka sehari-hari.
Tim Learning Research and Development
Rumah Perubahan
Kontak : (021) 845-900-10
Email : info@rumahperubahan.com
Website : www.rumahperubahan.co.id
Twitter & Instagram : @rumah_perubahan
Facebook : Rumah Perubahan RHENALD KASALI
Sangat inspiratif dan sangat membantu dalam mengolah tim
Terima Kasih, semoga bermanfaat 🙂
Mendapat ilmu baru yang sangat bermanfaat. Trimakasih
Terima Kasih, semoga bermanfaat 🙂
inpiratif sekali…
terima kasih pak
sangat bermanfaat dan dapat menjadi motivasi tersendiri bagi saya… trimakasih
Ilmu baru, semangat baru ! Terimakasih pak.
Ilmu baru ! dan semangat baru nih di awal tahun. Terimakasih pak 🙂
Pingback: 3 Cara Ini Menhindari Microagression di Tim Anda - Rumah Perubahan | Rumah Perubahan
Pingback: 3 Cara Ini Menhindari Microaggression di Tim Anda - Rumah Perubahan | Rumah Perubahan